Minggu, 18 September 2011

Baku vs Gaul - Sirkus Penulis #7

BAKU VS GAUL

Karya fiksi dewasa ini semakin beragam dan semakin bebas pula. Beberapa penulis berjumpalitan, memilih jalur bebas dan bermain gila dalam berbahasa. Trend dan kekinian menjadi acuan. Tentu tidak salah. Tapi seberapa lama karya dengan bahasa dan tulisan hancur akan dikenang?

Bahasa Gaul atau Slang adalah ragam bahasa tidak resmi, dan tidak baku yang sifatnya musiman. Sesuai sifat dasarnya, maka karya-karya yang terlalu banyak menggunakan bahasa slang pun tidak akan bertahan lama. Ia akan cepat menjadi usang, basi dan aneh ketika tertimpa oleh trend yang lebih gres.
Kenapa karya-karya klasik masih dibaca, dinikmati dan dipahami oleh generasi-generasi setelahnya? Karena bahasa baku tidak akan lekang oleh jaman.

Mau karya kita seumur jagung atau abadi?


Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :


Donatus A. Nugroho :
Contoh dari pengalaman pribadi:
Beberapa karya saya yang pernah dimuat di media cetak beberapa tahun silam, ketika saya bukukan dan diterbitkan sekarang harus mengalami banyak perombakan, lebih kepada karena saya harus mengganti bahasa/istilah slang yang tidak lagi dipahami oleh generasi sekarang.

Contoh kecil: celetukan "Au ah gelap!" yang beberapa tahun silam sempat menjadi trend, akan membingungkan jika didengar generasi masa kini.
Karya Andrea Hirata masih asyik dibaca 20 tahun lagi, tapi buku-buku Raditya justru akan sangat kuno pada saat itu. Percaya?

Majalah Anita Cemerlang yang ketika itu setia pada bahasa baku dan terasa kuno jika dibandingkan majalah sejenis yang lain, kini justru dicari dan dijadikan referensi fiksi populer.  

Triani Retno A Full :
Nggak tau nih, Mas Donatus A. Nugroho, aku bener atau enggak. Bagiku, kalau mau menulis dengan bahasa gaul alias bahasa yang cair banget, justru harus lebih dahulu menguasai bahasa yang benar.

Ibarat mendirikan bangunan, kalau pondasinya kuat, bangunannya akan lebih kokoh.
Kalau dasar berbahasanya udah benar, akan lebih gampang menulis, pun ketika menulis dengan bahasa gaul.
 

Zya Verani :
Dalam narasi sudah pasti menggunakan bahasa baku, dalam dialog apa boleh menggunakan bahasa tidak baku/gaul? karena tulisan terlanjur untuk segmen remaja...

Erva Desri Aryanti :
Bahasa baku lebih enak digunakan dalam karya fiksi apalagi non-fiksi. Tapi om biasanya yang aku baca di majalah dan novel sekarang kebanyakan pake bahasa gaul, dengan alasan akan mudah dipahami. Ini bener ga om?

Tha Yr :
menurut saya sih bahasa baku juga bisa dibuat asik kok... sering baca di majalah story, bahasa yang baku malah jauh lebih enak dibaca daripada bahasa gaul. Lebih mengalir dan mudah dipahami karena satu pemahaman

Anèy Maysarah :
Kalo aku malah bingung sama bahasa gaul dalam beberapa cerpen di majalah remaja.Padahal aku ga tua-tua amat.Tapi sedikitnya ada pengetahuan baru:bahasa gaul.Biar ga bego kalo diajakin ngobrol sama remaja sekarang.Bukan begitu Em?? :)

Anèy Maysarah :
Tha Yr:Kamu jempolin aku.Kamu lebih suka bahasa baku.Apakah kamu se-tua aku?(baru 25tahun inih)Hihihihi

Tha Yr ‎:
Anèy Maysarah: lima taun lebih muda dari mbak... hehehe. Saya suka bingung sama bahasa gaul yg ada di cerpen (bahkan sampai sekarang kalau kita baca cerpen2 di majalah2 tertentu yang masih full bahasa gaul bahkan di narasinya juga. hadoh doh... saya harus mikir ekstra buat memahaminya)

Donatus A. Nugroho :
Tha Yr: setuju. Tapi 'umurnya pendek'.
Betul dan wajar. Bahasa gaul punya keterbatasan segment, Anèy Maysarah.

Anèy Maysarah :
Jadi kau sebut aku ini TUA gitu, aki Donatus A. Nugroho??
Tidaaaaak (tarik yang lebih tua lagi.Tante Triani Retno A Full)
 

Donatus A. Nugroho :
Anèy Maysarah: Maksud saya soal keterbatan segment bukan cuma usia, tapi juga lingkungan sosial, strata sosial dll. Slang jauh lebih berkembang dan update di lingkungan metropolis.

Citra Widayanti :
Kalau percakapannya, harus bakukah, Om?

Donatus A. Nugroho :

Citra Widayanti: dalam perkembangannya sekarang emang boleh menulis hancur dan diterbitkan. Contohnya banyak, dan juga sukses. Tapi kita lagi membicarakan soal ... bahwa bahasa slang atau karya dengan bahasa slang, akan berumur pendek dan tidak seabadi karya dengan bahasa baku. Komen-komenku di atas menunjukkan contohnya.


Untuk percakapan sudah sering kita bahas, boleh dengan bahasa yang cair, supaya lebih riil dan segar. Tapi saranku, janganlah terlalu banyak slang-nya.
Citra Widayanti :


Kalau komedi, Om?
Donatus A. Nugroho :


Sama aja, Citra Widayanti. Lucu itu tidak harus hancur. Tidak harus slang. Slang di dalam komedi seharusnya hanya sebagai bumbu penyedap, bukan bahan baku.

Sumber :

0 komen: