Sabtu, 28 Juli 2012

Lomba Menulis Puisi Aurora Publisher

Tema
Doa Dan Harapan Untuk Indonesiaku

Syarat dan ketentuan:
  1. Terbuka untuk umum
  2. Mengirimkan 1 puisi terbaik
  3. Naskah maksimal 1 lembar kertas A4
  4. Lampirkan foto dan biodata narasi maksimal 100 kata (lampirkan di bawah puisi)
  5. Kirim puisi ke-email : aurora.publisher@gmail.com dengan subjek : LMP_Judul Puisi_Nama Penulis (dengan cara melampirkan bukan di badan email)
  6. Naskah paling lambat kami terima tanggal 01 agustus 2012
  7. Akan kami pilih 99 puisi terbaik untuk dibukukan dalam antologi puisi “Doa dan Harapan Untuk Indonesiaku”
  8. Puisi terbaik I, II, dan III mendapat 1 eksamplar buku terbit + diskon penerbitan 25% di Aurora Publisher dan 96 kontributor lainnya mendapat diskon penerbitan 15% di Aurora Publisher
  9. Tak ada royalti tapi setiap kontributor mendapat diskon 10% dari harga buku 
  • 99 puisi terbaik akan kami umumkan pada tanggal 08 agustus 2012
  • Puisi terbaik I, II, dan III akan kami umumkan pada tanggal 11 agustus 2012
  • Sebarkan info ini ke 25 teman fb Anda, termasuk Aurora Publisher
  • Like Fanspage Aurora Publisher untuk melihat update peserta

Jumat, 27 Juli 2012

PUISI: Sastra Yang Meruang - Jumat Cendol

PUISI: Sastra Yang Meruang

Ada empat unsur yang mendukung terciptanya Puisi, yaitu keterampilan berbahasa, pengalaman empirik, penyair, dan apresiator (pembaca). Semuanya merupakan kesatuan yang tidak bisa terpisahkan (memang). Dari keempat unsur ini kita akan mendapatkan jawaban dari teka-teki naskah puisi melalui bangunan atmosfir Puisi dengan merajut benang ide gagasan, baik tersurat maupun tersirat pada naskah puisi. Bangunan ini pun akan membentuk terjadinya nilai komunikasi ekstatik dan emosional dengan pembacannya.

Dengan demikian jelas bahwa Puisi bukanlah sastra semata atau visualisasi sastra. Puisi adalah suatu peristiwa atau proses pemanusian ide-ide, biasa disebut juga proses meruangnya karya sastra. Apabila Puisi itu hanya sebuah upacara (ceremony) yang sipatnya kelanggengan maka Puisi itu mati secara nilai, jika Puisi mati secara nilai tinggal kita menunggu kehancurannya.
Hakekatnya Puisi itu adalah bentuk seni yang mandiri. Bukan sekedar kolase, upara ceremony kelanggengan semata, karena dalam proses Puisi terdapat komunikasi timbal balik, baik secara proses pencarian atau akhir dari sebuah proses, (naskah puisi, estetik artistik, wancana, dan tentu saja konsep).

Puisi itu harus hadir, menjelma sebagai karya yang bersuspensi. Bukankah Puisi itu karya individu? Perpaduan dari ide gagasan yang diramu sedemikian rupa sehingga menjadi (naskah puisi) lalu di komunikasikan dengan apresiatornya maka akan menjelma suatu aura dari kekuatan dari rajutan kata kata yang di buat oleh penyairnya dengan bersandar pada ide gagasan tadi? Kalau kita mensepakati itu “laku” dan “kata” yang meruang adalah kemutlakan yang tidak bisa ditawar lagi alias harga mati.

Dalam komunikasi seni tentu ada tiga elemen yang tidak terpisahkan yaitu, karya seni, penerima seni dan tempat atau lingkungan dimana seni itu dikomunikasikan. Karya seni bisa dianggap bisa berkomunikasi secara utuh dengan penikmat seni apabila si penikmat ada keterkaitan secara budaya lebih jauhnya mengenal kepada nilai yamg ada dalam karya tersebut. Nilai inilah yang mengikat antara karya seni dan apresiatornya Artinya komunikasi akan bermasalah apabila tawaran karya seni secara estetik dan artistik lebih jauhnya nilai yang disodorkan (termasuk nilai seni) bukan bagian dari penikmatnya. Syarat mutlak karya seni yang bersuspensi kalau terjadi trilogi komuniasi yaitu karya seni, penerima seni dan dimana seni itu di komunikasikan tadi, relasi ini pengaruhnya akan berdampak terhadapa apa yanga namanya peristiwa seni secara utuh. Kiranya disinilah pengkajian ide-ide dasar seniman (penyair) harus di kaji dan di sesuaikan dengan seksama, sehingga bisa menempatkan pada pokok pilihan bentuk yang di sodorkan. Seni dan tidak seni akhirnya di tentukan oleh wacana yang mungkin terjadi. Terakhir sebuah proses berkesenian, membuat karya seni, mengapresiasi karya seni, merupakan pendewasaan dan pengalaman bagi si penyair.

Hakekat Puisi
Puisi memang menyangkut nilai, dan yang di sebut puisi memang nilai bukan karyanya atau bendannya! Nilai puisi pun sipatnya subyektif, karenannya setiap orang atau setiap individu memiliki penilaian sendiri sendiri. Maka timbul persoalan ketika puisi atau sebuah karya seni di sosialisasikan ke publik apakah nilai subyektif masih menjadi core dasar atau bergeser menjadi nilai obyektif? Ketika karya seni (puisi) di sosialisasikan ke khalayak harus ada yang namannya hubungan sebab akibat, karya seni dan realitas di luar diri senimannya. Karena seni tidak akan lepas dari lingkungannya walaupun realitas itu sangat subyektif di mata senimannya. Disini letaknya soal!
Puisi dalam hal ini, mengungkapkan bentrokan atau nilai-nilai. Puisi jenis ini tidak menjadi masalah selama sifat hakikinya tetap menjadi kerangka kerja yang sipatnya subjektif. Sementara masyarakat di luar sana merupakan barometer, apakah seni (puisi) kita bisa membangkitkan cita rasa. Secara sederhana karya yang kita buat, mudah mudahan menjadi sebuah wacana alternatif (pencarahan) bagi masyarakat.

Seni dapat disebut sebagai sebuah simbol karena seni memenuhi fungsi tertentu, yakni seni mewujudkan, membentuk suatu perasaan menjadi wujud. Dalam karya seni yang baik, fungsi ini harus benar-benar dijalankan. Kenyataannya seni itu menyangkut nilai, dan yang di sebut seni memang nilai bukan kebendaan. Ketika berbicara nilai sifatnya subyektif, dikarenakan bersipat subyektif setiap orang setiap kelompok memiliki estetika tersendiri tentang menilai perwujudan karya seni. Guna memberikan gambaran lebih jelas dalam artian untuk menggarap sebuah puisi. Proses dan latihan merupakan wahana bagi perangkat pendukung yang ada di dalammya. Proses ini tidak hanya sekedar tranformasi kata-kata semata, melainkan melalui proses kreatif dari bahasa verbal ke dalam bahasa makna, guna estetika. Seperti yang di kemukaan Rollo May “Proses kreatif” adalah peristiwa pertemuan-pergumulan dan pergulatan”. Inilah yang dinamakan gambaran yang sebenarnya dari suatu idealisme yang berdasar pada idiologi kekaryaan, kopetensi-kopetensi tersebut bertolak dari pengalaman-pengalaman dalam memproduksi sebuah peristiwa Puisi yang sesungguhnya. Maka dapat disimpulkan bahwa Puisi bukanlah sesuatu yang mudah, yang dapat diraih dalam tempo yang singkat. Puisi itu memerlukan waktu, ketekunan, kesabaran keterampilan, kecerdasan, wawasan. Walaupun demikian Puisi mampu memberikan sejuta harapan dan kesempatan kepada mereka yang sungguh-sungguh mau memahami bahwa Puisi sebagai kebutuhan ilmu sebagai suatu pengalaman estetis yang fungsional. Seandainya ingin memahami semua yang tertuang di atas, maka orang yang bergelut dalam dunia Puisi haruslah cerdas dan tahan banting. “Orang ber-Puisi harus memahami tentang kesejarahan Puisi itu sendiri sebab sejarah adalah cerminan Pandora juga cermin untuk penyair”.

Selamat belajar!

Oleh : Tatang Pahat


Komentar :

Tanya, selamat sore Mas Pak Tatang, sekarang muncul puisi yang berlabel 'puisi narasi', bisa dijelaskan apa maksudnya? Apa elemen-elemennya dan bagaimana sejarah terjadinya? Dan secara pribadi (maaf), apakah Mas Pak Tatang mengakui adanya puisi narasi? Terima kasih pak.

pada hakekatnya puisi itu narasi, mungkin dalam hal narasi si sini lebih kepada persoalan jargon atau bentuk yang saya tau puisi narasi adalah puisi yang bercerita dala rancang bangunnya.

Apa bedanya dengan prosa liris? Tidakkah puisi narasi ini mencaplok ruang prosa? Trims Mas Pak
*nyambi petik kangkung

bantu jawab bunda Arniyati Shaleh : unsurnya kata, larik , bait, bunyi, dan makna

Rick Luck :
Apa pembeda puisi esai dengan cerpen yang dibuat 4 baris dan disusun kebawah dan apa tematik juga termasuk syarat puisi esai? 

yang saya tau puisi esai itu puisi berdasarkan fakta ada kalanya pada puisi itu terdapat catatan kaki... tema itu suatu kemutlakan dalam puisi esai

jadi kalau tidak berdasar fakta bukan puisi esai dong?

mas Rick Luck betul,

Bintang Kirana :
Kak Suker Tatang Pahat.
Sejatinya, suatu tulisan bisa di sebut puisi itu yang bagaimana?
Bagaimana memberi roh pada tulisan/puisi?
Bedanya dengan liris apa?
Terima kasih. 

Bintang Kirana dalam puisi ada aku liris dan aku lirik...harus di bedain kalau sudah bisa membedakan itu maka akan muncul kemagisan dalam tulisan tulisan yang di buat.....intinya tulisan beraura akibat dari sadar nya penulis dengan yang ditulir ( jarak empirik)

Kang Tatang Pahat : saya termasuk "baru" dalam mencintai puisi, maka dari itu saya ingin benar-benar "memiliki"nya secara utuh, yang ingin saya tanyakan adalah apakah ada syarat yang "wajib ada" dalam menulis puisi? terimakasih :)

Thera 'chibonk' Febrika syarat wajib untuk bisa menulis adalah membaca buku buku orang..... sifatnya Fardu Kipayah (Islam) 

Thera 'chibonk' Febrika, kalo menurut saya harus ada Tema, Amanat atau pesan, rasa atau emosi, diksi, majas atau gaya bahasa. ada juga yang menukai dengan adanya rima 

makasih Kang Tatang Pahat, InsyaAllah sedang di terapkan :)
Kang AD Rusmianto :makasi Kang, hm, Rima itu apa ya? bukannya itu nama tetangga saya ya? hihihi 

Donatus A. Nugroho ‎:
Apa bedanya lirik dan liris, Pak Tatang Pahat? Contohin dong ...

aku lirik identitas penyair aku dalam puisi sementara aku liris nilai yang disodorkan penyair dalam puisi (begitu yang saya tau mas Donatus A. Nugroho) maaf kalau salah....

Donatus A. Nugroho ‎:
Tunggu! Bagaimana membedakan puisi dan liris berdasarkan formatnya? Adakah ketentuan khusus untuk liris?

ngak ada ketentuan khusus mas Donatus A. Nugroho biasanya puisi puisi liris ( kata kritikus mah identik dengan puisi kamar), atau lebih mengena puisi puisi gelap heheheheheh....

Donatus A. Nugroho ‎:
Ini pertanyaan konyol tapi jujur:
Apakah lirik lagu bisa digolongkan sebagai puisi?

kalau saya lebih ke syair mas Donatus A. Nugroho. menyikapi lirik lagu.....

om Donatus A. Nugroho, pertanyaan itu pernah dibahas di sanggar. waktu memahami musikalisasi puisi, dan lagu menurut saya lebih kepada syair, bukan puisi.

Tri Lego Indah ‎:
Idem ama pertanyaan om Donatus A. Nugroho
Soalnya ada pengalaman temen, justru kebalikannya. Puisi dijadikan lirik lagu. 

Donatus A. Nugroho ‎:
Sip Tri Lego Indah. Banyak puisi Ismail Marzuki yang jadi lagu.

Tri Lego Indah ‎:
Om Donatus A. Nugroho, o ternyata. Baru tau :)
Hmm ... tapi om, karena awal kenal itu lirik lagu, jadi kalau mau dibacain kayak baca puisi jadi aneh. Sing ono malah langsung nyanyi :D
*Maaf OOT, lanjut menyimak ^^

Tri Lego Indah Full, om donatus. tadi kan pertanyaannya : lirik lagu bisa digolongkan sebagai puisi?
kalo menurut pembahasan kemarin-kemarin itu, lirik lagu, dari katanya saja sudah lirik lagu. bukan puisi lagu. berarti puisi itu sudah berevolusi menjadii lirik, bukan lagi puisi. berbeda dengan musikalisasi puisi. ada unsur puisi dan musik yangsaling memberi ruh satu sama lain.
*menurut saya yang awam terhadap musik
 
Membaca puisi karya orang lain untuk memancing inspirasi, apakah itu termasuk plagiat om?

jawab untuk Amaherti Vatkul J, kalo cuma membaca saja sih tidak teramsuk plagiat. tapi ketika apa yang kita baca itu bukan karya kita, lantas kita pindahkan dan berganti nama dengan nama kita, mungkin seperti itu disebut plagiat, kecuali ada catatan kaki yang memberikan keterangan bahwa itu adalah punya ornag lain

dalam puisi esai itu kan katanya harus ada konflik atau masalah yang problematik dalam bersosial. dan ada ketarangan bahwasanya puisi esai akan berhasil jika temanya menyentuh persoalan masyarakat luas. dan penokohannya menyentuh pembaca. benarkah gitu?

AD Rusmianto yang saya tahu puisi esai kecerdasan penyair menangkap momentum di (observasi pada realitas kongret), persoalan sentuh menyentuh masuk dalam bab selera ituma hehehehehe...... 

Ada yang bilang kalau menulis puisi saat emosi itu akan menghasilkan puisi yang tak beraturan alias kacau balau #pertanyaanpemula 
kang Tatang Pahat mohon sebuah pembenaran
Puisi memiliki dunianya sendiri dengan sejumlah karakateristiknya, esai adalah dunia lain yang tak melulu subyektif. Proses kreatif berbeda dengan esai, lain lagi dengan puisi-esai.
satu lagi sebelum saya ke dapur buat masak. Ada yang bilang kalau menulis puisi saat emosi itu akan menghasilkan puisi yang tak beraturan alias kacau balau #pertanyaanpemula
hanya butuh pembenaran eh salah kata mas tatang pencarian.. karena saat bilang tentang puisi essai dan tentang dalam keadaan emosi dalam membuat puisi (bukan ritme ya.. kaburrrrr mau masak habis taraweh menyimak kembali) terima kasih mas Tatang Pahat penjelasannya biasa orang awam rada aneh nanyanya

Tatang Pahat :
kalau di pisah iya. puisi ya puisi. esai ya esai. persoalannya ada yang namanya PUISI ESAI, sederhanakan saja kedua disiplin itu di kawinkan maka akan jadi jargon baru.... (itulah kekuatan sastra) maka orang orang bilang postmodernlah, kontemprerlah Mbak Asni Ahmad Sueb dalam dunia seni tidak ada pembenaran yang ada pencarian....

Sama pertanyaannya dengan kang AD RUSMIANTO.
Ada yang bilang juga padaku tentang kaitan emosi dalam menulis puisi namun ketika puisi ditulis, hasilnya akan kacau. Bahkan, ditambahkan lagi, puisi yang tercipta dalam nada emosi adalah salinan kata jiwa yang masih mentah. Benarkah demikian, Suker?
bunda Asni Ahmad Sueb, katanya kalo emosi sedang bergejolak itu. sama dengan pertanyaan chaerul akbar.
kalo menurut pengalaman saya seh, tidak selamanya kita kita ke suatu tempat, terus harus jadi puisi. atau ketika mengalami sesuatu harus langsung jadi puisi. ada proses pengendapan dan eksplorasi. kejelian penulis dituntut disini, bagaimana mengolah emosi yang bergejolak itu menajdi enak dan mengalir menjadi puisi. bisa jadi ketika saya ke cikole, tapi tak jadi satu pun karya, tapi setelah pulang dari cikole, apa yang terjadi, dirasa, dilihat di cikole, bisa saya tuangkan di tulisan.
bung Chaerul Akbar Al-Haq menulis uisi itu tidak perlu tergesa gesa......jangan di pakasakan. dan orang pasti akan dihadapkan pada suatu perasaan yang mentok.... biarkanlah catatan itu menjadi file, suatu ketika catatan itu akan bermanpaat bisa satu hari satu bulan satu tahun bahkan bertahun tahun....( proses menulis itu berat)
 
AD Rusmianto :
bunda Asni Ahmad Sueb, lihat buku awi. kalo tidak salah ada yang judulnya Dialog Hujan, mungkin seperti itulah puisi esai. (pe-de aja lagi) soalnya filenya nggak ada di CPU billing, kebawa sama kawan yang dari bengkulu kemarin pulang itu

Chaerul Akbar Al-Haq :
APA SIH ARTI PUISI DALAM KEHIDUPAN SAUDARA SEKALIAN? SEBERAPA PENTING PUISI BERPERAN DALAM TATA BAHASA JIWA SAUDARA SEKALIAN?
*maaf, jika pertanyaanku kurang sopan namun sudilah kiranya teman teman yang ada di sini berkenan menjawab. Aku punya alasan atas pertanyaanku.


Ki Sentanu :
Puisi adalah kekasih tersembunyi. Menemani di saat hati sepi dan sadar diri.
Puisi adalah senjata kita dalam pergulatan di arena bahasa. Itu. *mario teguh mode on

Vara Esr :
Saya baca dan nyimak semuanya, agak pusing, tapi menarik.
Chaerul Akbar Al-Haq. Buat saya, menulis (mungkin) puisi itu menuliskan perasaan, dan pemikiran yang saya alami atau saya lihat dan dengar di sekitar. Pentingnya dalam kehidupan? masih sebatas menyalurkan pemikiran dan perasaan. Masih puisi kamar.

Nasta'in Achmad :
Apakah setiap puisi mengandung nilai indah dan metafora?

Nasta'in Achmad, kalo dari segi indah itu kembali kepada pembaca. tapikalo metafora, mungkin termasuk salah satu unsur intrinsik yang membangun puisi

Nasta'in Achmad "ya" dan sipatnya tidak multak, kata si A puisi ini bagus belum tentu kata si B puisi ini bagus....

Mantap.
Jika dalam puisi terbentuk seperti lirik kata pembacanya, apa itu termasuk puisi?

Kang Tatang Pahat apakah pada akhirnya, puisi esai ini karena berdasarkan kejadian yang ada historikal aslinya, sehingga penulisnya cenderung lebih kepada kritik sosial yang telah disimaknya?
hatur nuhun. ^^

ngak juga bisa juga tentang cinta, cemburu sama seperti halnya puisi puisi yang sering di baca mbak Dela BungaVenus

haaah? Kang Tatang Pahat tau darimana saya suka baca puisi cinta? ^^ tepatnya mencurahkan isi hati dalam puisi meureun...hmmm....
Ingin tau justru dimana saja kta bisa menambah wacana mengenai puisi jenis ini ya Kang?
Apakah ada contohnya yang Kang Pahat buat Puisi Liris atau Narasi yang dimaskudkan dalam materi di atas?

Dela BungaVenus ada nanti saya kirim sekarang lagi ujian dulu banyak pertanyaan hehehehe....
 
mbak Dela BungaVenus, contoh puisi liris harus beli buku tunggal saya. hahahahahaha

nah bener Mbak Dela BungaVenus buku punya Mas AD Rusmianto puisi liris hampir 80 % (nyegruk) hahahahahahaah

Donatus A. Nugroho ‎:
SERIUS:
AD Rusmianto, tolong kirimi aku satu contoh puisi lirismu (yang pendek saja) ke inbox. Right now!

hhahahahahaa. om don harus beli bukunya

om Donatus A. Nugroho.. bunda asni ada 2 bukunya AD Rusmianto. bateran aja yok sama buku om hehehhe kaburrrrr #masak om

Donatus A. Nugroho ‎:

AD Rusmianto gak takut kualat? Penting!
Boleh, Bunda Asni Ahmad Sueb. Anytime.

Langgam Sunyi

Bunda
menjaring doa
pada lantun ayat senja
membuka mata

ini lagu syahdu
tercipta dari khawatir dan rindu

apakah di atas itu termasuk puisi liris? maaf, ngubek-ngubek dulu paririmbon


Qodam Umm ‎:
@Mas Tatang di atas menulis " saya lebih ke syair, meyikapi lagu.." apa artinya lirik lagu bisa juga masuk puisi, karena saya tangkap kesan selera pada tanggapan Mas Tatang.

ada ruang yang tidak dippunyai lagu dalam puisi yaitu multi interpretasi itu saja batasannya,

Multi interpetasi dalam puisi? Apa ya?

Nasta'in Achmad, lihat disini saja. soalnya soft copynya nggak ad apunya saya http://puisi-esai.com/

Begini, dulu saya rajin sekali nulis puisi bahkan tiap status fb isinya penuh dengan puisi. Jadi mudah nulis. Namun ketika saya berhenti dalam waktu yang lama, ketika memulainya saya sulit. Saya gak bisa nulis puisi lagi. Seolah-olah begitu. Cara menghidupkannya lagi bagaimana?

AD Rusmianto :
Zahara Putri, membaca

Ki Sentanu :
Kang Tatang: Ruang-ruang puisi tersebut di atas, apakah mutlak perlu dipelajari bagi seorang pemula seperti saya. Dalam hal ingin menulis sebuah puisi?


Tatang Pahat :
l minimal pahami supaya ketika menulis ngak kabur. dan yang paling ajib membaca karya orang lain.... mas Ki Sentanu

Asni Ahmad Sueb :
DIALOG HUJAN
Percakapan dengan Afrilia Utami.

apa yang tersembunyi di sebalik hujan
yang jatuh dengan pelan
merintik di sekujur dingin
botol-botol pinggiran tol
melindas ronggaku
ban-ban dengan gundul yang semu

afasia
maaf saudariku
hujan kali ini berbisik pelan
semestinya cucurannya
jatuh pada pangkuan senja
tapi bukan pelangi pembaringan lukamu

pelangi itu sebenarnya ada
di setiap ujung jari senyumanmu
pelangku dialah istri Muhammad
barangkali hujan hendak menyamar
jadi dinding kaku
yang dikirim dari mulutnya yang bisu

Ini contoh puisi essai, yang dipinta AD Rusmianto.. maaf telat nyiapin buka dulu.

Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO
  

kenapa?

bukan maksud mendendam.
Hanya saja terlalu sulit melupakan.
Kenapa aku ga boleh?
Sedangkan kamu dulu sibuk dengan duniamu.
Kenapa sekarang protes jika merasakan hal serupa sepertiku dulu?
Ahh
terserah. Aku bingung dan ga mau ambil pusing lah.

Renungan Warna

kalo dipikir lagi, bener juga.
Akhirakhir ini ungu memang mendominasi.
Apa iya posisi kuning akan tergantikan?
Apa iya aku akan mengkhianati kuning setelah hampir 11 tahun mencintainya?
Ahh~
kurasa tidak.
Ini hanya kebetulan saja.
Kuning tetap yang utama.
Kalaupun nanti ungu akan masuk favlist,
akan ada pada urut keempat setelah hijau dan biru.

Kamis, 26 Juli 2012

Senja dan Hening Malam

antara senja dan keheningan malam
sempatkah terlintas sedikit tentang aku pada ingatan masa
bulan meredup, bintang memudar
tertutup awan gelap
dingin malam seakan mewakili sikap
haruskah tanya menjadi pajangan dengan jawab yang tak kunjung hadir.
Kegalauan hati antara senja dan keheningan malam.
Sepi. Sendiri.


Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 26 Juli 2012
13:21

Rabu, 25 Juli 2012

Your Heart

may i borrow ur heart, please?
I wanna check it out.
Is there about me that you store in it?

Stop Hoping

stop hoping about love,
God, give me a reason to keep it, please.
Cz i feel alone all my time although they're here with me.

Senin, 23 Juli 2012

Keinginan

ada kala inginku tak terbalut izin dari-Nya
tapi ada kala nya pula ku tersenyum puas atas izin dari sebagian ingin.
Ku syukuri semua itu.
Dan kali ini,
salahkah jika ku berharap Tuhan masih berkenan memberi izin atas inginku ini?
Mungkin tidak sekarang kudapatkan jawab,
tapi selama penantian ini,
usaha dan doa kan selalu kulakukan.
Bimbing aku ya Allah.

Minggu, 22 Juli 2012

hampa jiwa

dan untuk kesekian kalinya,
aku terpaku pada satu objek hitam,
pekat tak berbias cahaya,
menerawang jauh dalam khayal,
mengkais satu persatu dalam tumpukan nestapa,
apa yang kucari?
Entahlah.
Jiwa ini seakan berjalan tak tentu arah,
gelap, tak terjamah.


Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 22 Juli 2012
22:14

Rindu

Masihkah ada pelangi jika hujanpun berubah beku?
Sedang hati kian mendung tertutup awan cummulunimbus.
Masihkah bunga bermekar jika mentaripun bersembunyi sepanjang waktu?
Sedang jiwa kian kaku diam tak bergeming lantaran cuaca yang tak menentu.
Dahsyat sekali efek kerinduan itu.
Hingga mampu mengabnormalkan khayal yang melambung tinggi.
Sedang di atas sana angin berhembus tak menentu siap menghempaskan imaji indah ini.


Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 22 Juli 2012
13:09

Perjalanan Tinta Biru

sempat kau goreskan tinta biru pada kepolosan ruang silam,
dan berlalu seperkian masa penantian panjang,
sempat kucoba meniadakan goresan tinta biru,
menghapus dengan penghapus karet dan gagal,
meremukkan kepolosan silam dan membuangnya,
namun anginpun menerbangkannya kembali,
menenggelamkan dengan masa baru,
namun ternyata cukup kuat bertahan,
mengapung pada galaksi imajinasi dan harapan,
goresan tinta biru itu makin jelas terukir,
dan ku pun tersenyum tentang perjalanan panjang yang terjejaki.



Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 22 Juli 2012
09:02

Sabtu, 21 Juli 2012

for you

pergi, bukan berarti meninggalkan
berlalu, bukan berarti menghilangkan
beralih, bukan berarti melupakan
menutup, bukan berarti menggantikan

masih ada masa dimana semua silam kan kembali bersinar
meski dengan cara yang berbeda


Palembang, 21 Juli 2012
2:00
Quote by Merza Yuwanda :)

Misteri

mungkin lidah begitu kelu tuk berkata,
menjelma bisu seperkian detik,
dan jemari seakan lunglai tak berdaya,
mengukir visual pengganti audio yang tak terungkap,
lalu dengan cara apalagi ku deskripsikan semburat merah merona yang tersembunyi?
sedangkan otakku mendadak tak berfungsi sempurna untuk mencari celah cara.
ahh~
ku rasa cukuplah dengan tatapan mata ini.
di sanalah tersimpan misteri yang mampu kau gali.



Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 21 Juli 2012
23:22

Event Cipta Puisi Persembahan untuk Ayah-Ibu

EVENT CIPTA PUISI PERSEMBAHAN UNTUK AYAH-IBU (DL-27 Juli Pkl 23.59 WIB)
Assalamualaikum, salam positif!

Event Cipta Puisi Persembahan Untuk Ayah-Ibu ini adalah bagian dari Event FTS Pesan Ayah & Ibu yang kini tengah berlangsung di grup Percetakan Muslim Sukses Barokah (PMSB). Mengingat buku ini adalah kado sederhana yang nantinya dapat dipersembahkan untuk orangtua kita, maka PMSB ingin sekaligus membingkiskan untaian kata indah agar kado ini nantinya akan lebih istimewa.

Maukah teman-teman membuat untaian kata indah yang dipersembahkan untuk kedua orangtua? Mari, ikuti event satu ini!

Ketentuan:
  1. Peserta adalah anggota grup Percetakan Muslim Sukses Barokah atau PMSB.
  2. Bertema Ayah/Ibu
  3. Ukuran kertas A4 Margin atas bawah kanan kiri 3 cm. Font TNR spasi 1,5
  4. Maksimal 25 Baris (Dihitung dari judul sampai baris terakhir)
  5. Satu peserta hanya boleh mengirim satu puisi
  6. Menyertakan biodata narasi maksimal 50 kata, sertakan juga nama fb. Ditulis di akhir naskah (tidak dipisah).
  7. Puisi dikirim dalam bentuk file word (*.doc) sebagai attachment (bukan dalam bodi email) ke email: percetakanmuslim@ymail.com dengan subjek: Puisi AI_judul_nama peserta
  8. Peserta wajib copas info lomba ini di catatan fb peserta dan tag ke 17 teman fb lainnya.
  9. Naskah diterima oleh panitia mulai tanggal 20 Juli 2012 dan selambat-lambatnya tanggal 27 Juli 2012, pukul 23.59 WIB. Apabila pengiriman puisi melewati tanggal tersebut maka dianggap gugur. 
  10. Pengumuman puisi yang lolos Insyaallah tanggal 27 Agustus 2012 bersamaan dengan pengumuman Event FTS PAI.
  11. Diambil 17 Puisi terbaik yang akan diterbitkan dalam buku PAI secara indie, kontributor tidak menerima tanda terbit dan royalti tapi mendapatkan discount 20% untuk pembelian buku tersebut.

Oke!
Selamat berkarya!
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sumber :

khayalan

Bagaimana bisa aku melukis rona merah muda pada tulang pipiku,
Tertidur pulas pada fantasi penuh kasih,
Dan menahan diri terhadap bentangan sayap yang kian melambung tinggi pada khayal dan harapan.
Di luar logika memang, tapi seakan nyata.


Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 21 Juli 2012
8:35

Jumat, 20 Juli 2012

Peluang Tulisan Saat Ramadhan - Jumat Cendol

Marhaban ya Ramadhan, selamat datang bulan penuh berkah, bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir batin kalo Icha punya salah, baik yang sengaja maupun gak sengaja. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan :). Semoga segala keberkahan berlimpah kepada kita. Amiiin ^_^

Terima kasih untuk Suker Don dan Mbak Dela yang udah kasih kesempatan Icha buat berbagi di Jum’at Cendol hari ini. Tema Jum’at Cendol hari ini adalah “Peluang Tulisan Saat Ramadhan.”
Bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah, tak terkecuali berkah untuk penulis, hehe. Kenapa? Karena di bulan ini menjadi momen khusus yang hanya datang satu tahun sekali, dan banyak media yang mencari tulisan-tulisan All About Ramadhan.

Jangan berpikir tulisan Ramadhan hanya berisi tentang hadits, ayat-ayat Al Qur’an. Penulis yang tidak menjalankan puasa pun bisa ikut menulis tentang Ramadhan, karena banyak jenis tulisan yang dicari media,J. Ada banyak tulisan yang bisa kita buat untuk kemudian dibombardirkan ke media. Tulisan apa aja sih?

Cerpen :
Bagi cendolers pasti udah gak asing dong dengan cerpen. Cerpen menjadi salah satu jenis tulisan yang dicari media saat Ramadhan, tentu saja dengan kisah-kisah seputar puasa.

Puisi :
Puisi juga menjadi salah satu tulisan yang dicari media, dengan adanya Ramadhan, media pun berubah menjadi religius, hehehe.

Resensi :
Punya buku-buku bagus dan baru yang bisa diresensi? Bisa tuh dikirim resensinya ke media.

Esai :
Buat cendoler yang ‘serius’, bisa nih nulis-nulis esai. Misal pendidikan karakter lewat pesantren kilat, atau apakah koruptor puasa korupsi di bulan Ramadhan :D

Artikel Pop:
Artikel Ramadhan nggak harus menyuplikkan hadits atau ayat Al Qur’an, yang penting berisi tentang kebaikan. Misal, buat cendolers yang konsen di bidang kesehatan, bisa menulis artikel tentang cara menjaga kesehatan di bulan Ramadhan. Buat cendolers yang hobi jalan-jalan, bisa menulis artikel tempat ngabuburit mana sih yang asyik.

Resep Masakan :
Nah, bagi yang hobi masak, ada beberapa tabloid yang juga menerima kiriman resep masakan, cendolers bisa tuh kirim-kirim resep khas keluarga ke media :D
Tuh, kan banyak pilihan tulisan untuk dicoba. Bulan puasa, jangan puasa menulis juga, lho. Bulan Ramadhan, saatnya menebar kebaikan lewat tulisan :D.

CC : 
Kepsek Mayoko Aiko
Seluruh Jajaran Petinggi Cendol

Oleh : Richa Miskiyya

Komentar :

Sumber :

Cerita Silam

Kaki membatu diam tak bergeming.
Mata terpaku pada satu objek silam.
Lidah kelu menjelma bisu.
Hujan mengguyur pelan melukis cerita silam.
Membathin penyesalan tentang silam yang mengusik.


Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 20 Juli 2012
20:32

Kamis, 19 Juli 2012

Lomba Cerita Hari Anak Nasional 2012

LOMBA CERITA HARI ANAK NASIONAL 2012
DL: 31 Agustus 2012

Tema: "Aku Melawan Korupsi"

*15 Tulisan Nominator Dibukukan Cetak Nasional

Tujuan:
Akhir-akhir ini sangat menyentak kesadaran kita mengenai fenomena maraknya terungkap kasus korupsi yang melibatkan elit-elit politik, dan lebih mirisnya yang terjerat hukum gara-gara korupsi itu adalah para pemimpin yang seharusnya mereka adalah panutan bagi bangsa ini. Hal ini sangat terkait dengan minimnya pendidikan "bahaya korupsi" dan dampaknya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di bangku sekolah. Sekarang ini sudah ada pendekatan "melawan" korupsi yang dikenalkan pada anak-anak sekolah dasar dan menengah pertama.

Untuk menunjang program pemerintah mengenai pendidikan antikorupsi sejak dini, kami merasa terpanggil untuk membuat lomba cerita anak yang bertemakan tentang korupsi, bagaimana anak-anak dengan kepolosan dan kejujuran mereka bisa menjadi "alarm" dan pencegahan untuk menghindari tindakan korupsi sekecil apapun itu. Dengan cerita-cerita ini, pesan "melawan" korupsi akan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh anak-anak usia SD dan SMP. Sehingga anak-anak bisa menyerap nilai-nilai kejujuran, moral dan agama dari cerita-cerita tersebut.

Kriteria Cerita:
  1. Cerita seputar dunia anak-anak yang berkaitan dengan semangat "melawan korupsi" yang bisa ditumbuhkan sejak usia dini. Tema ini bisa dijadikan menjadi topik-topik sederhana bagaimana seorang anak yang jujur mengembalikan milik orang lain, tidak mengambil punya orang lain, tidak menipu, berbohong dan menanamkan jiwa disiplin supaya tidak sering malas sekolah atau ogah-ogahan menyelesaikan tugas (korupsi waktu), dan cerita-cerita lain yang ada hubungannya dengan "korupsi" dalam lingkup yang lebih luas di dunia anak-anak.
  2. Cerita anak ini berisi tentang pesan-pesan moral, kejujuran, kedisiplinan, ketaatan pada ajaran agama yang melarang melakukan korupsi atau tindakan yang bisa menjadi kebiasaan orang melakukan korupsi.
  3. Tokoh utamanya adalah anak-anak (usia 6-15 tahun).
  4. Menggunakan bahasa yang sederhana, lugas, cara bercerita yang mengalir, pesan yang disampaikan mudah dipahami anak-anak.
  5. Tidak menggunakan bahasa-bahasa vulgar, asusila, SARA dan kata-kata yang tidak pantas dibaca anak-anak.
  6. Panitia bisa menganulir naskah yang tidak sesuai dengan kriteria cerita yang kami inginkan di atas.

Syarat Penulisan:
  1. Terbuka untuk umum dan Writing Revolution, gratis.
  2. Maksimal mengirimkan 2 tulisan.
  3. Panjang tulisan 3-5 hlm, spasi 2, New Time Roman font 12, margin 3 cm atau 1,18 inchi semua sisi.
  4. Naskah dikirimkan dalam format LAMPIRKAN FILE (Attach File) ke email: antologi_wr@yahoo.co.id
  5. Tulis judul email: Lomba Cerita Anak
  6. Diharapkan mempublikasikan informasi lomba ini di note FB (minimal tag 30 teman) atau Blog.

Hadiah:
  • Juara I: Uang tunai Rp 300.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • Juara II: Uang tunai Rp 200.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • Juara III: Uang tunai Rp 100.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • 3 Juara Harapan mendapat beasiswa Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) Writing Revolution (ditambah 1 buku bukti terbit + e-sertifikat).
  • Setiap nominator mendapatkan buku 1 bukti terbit + e-sertifikat.

Sistem Penerbitan Buku:
  • 15 tulisan terpilih sebagai nominator akan dibukukan, cetak nasional, masuk Gramedia, Togamas, Gunung Agung, dll.
  • Setiap kontributor mendapatkan royalti dan buku bukti terbit.
  • Buku diterbitkan Oktober

Sponsor:
  • Penerbit Writing Revolution (WritingRevo Publishing).
  • Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO), info lebih lengkap silakan klik: http://writing-revolution.blogspot.com/

Pengumuman: 15 September 2012

Kontak Panitia:
Telp. 0274-8593096
Hotline. 085763208009

Senin, 16 Juli 2012

Event FTS: "Di Balik Kehilangan"

Salam Literatur..

Di sini para admin berencana mengadakan sebuah event perdana kecil-kecilan berupa event FTS ( Flash True Story ) dengan tema KEHILANGAN.
DL : 20 Juli 2012

Kehilangan?
Kehilangan mengajarkan hati untuk lebih bersyukur.

Kalian pernah dong, merasakan kehilangan? Kehilangan barang yang berharga, kehilangan orang yang klian sayang. Atau kehilangan apapun yang berpengaruh pada hidup kalian.
Kehilangan juga bisa dirasakan saat malas, bosan, ataupun bingung. Kehilangan sesuatu yang tak nampak tapi sangat berharga. Motivasi dan harapan.
Hingga akhirnya punya dampak dan efek tersendiri atas kehilangan itu. Nah, di event sederhana ini. Kalian bisa menceritakan itu semua. Dengan cerita berupa FTS

Adapun persyaratan lomba sebagai berikut:

  1. Peserta Bebas. Usia Bebas.
  2. Bergabung Dengan Group Restra Rasia Community Group
  3. Naskah berupa FTS dengan jumlah kata 300-500. Beserta biodata narasi singkat di bawah naskah.
  4. Format naskah TNR 12, Spasi 1,5, A4, Margin normal.
  5. Memposting Info Lomba dan tag sebanyak-sebanyaknya.
  6. Kirim naskah ke alamat e-mail digitalpena@gmail.com. Naskah berupa file attachment. Dengan subjek : Kehilangan-Nama FB
  7. DL tanggal 20 Juli 2012
  8. Pengumuman pemenang tanggal 05 Agustus 2012
  9. 40 Naskah FTS terbaik akan dibukukan dan royalti akan dibahas secara transparan.
Sebagai Apresiasi kami memberikan hadiah untuk para pemenang.
Juara I hadiah pulsa 20.000
Juara II hadiah pulsa 15.000
Juara III hadiah pulsa 10.000

(Hadiah apresiasi mungkin akan bertambah)

Salam

Sumber :

Jumat, 06 Juli 2012

Lokalitas dalam Cerpen - Jumat Cendol

Tema Lokalitas dalam Cerpen


Bib bib...

Hape saya bergetar dan nada khas dari Nokia melantun dua kali. Seisi kelas menatap ke arah saya. Saya seperti alien yang nyasar ke bumi dan dikerubungi semut-semut nakal *apasih?* Intinya ada SMS masuk di hape saya saat dosen lagi asik membawakan dongeng Random Variable and Probability Distribution. Berlagak seperti orang autis saya pura-pura jongkok mengambil uang receh yang jatuh *semoga organ-organ hape saya masih utuh*. Fuih! Amaaan! Nokia E Series kesayangan saya akhirnya berhasil juga mingkem dengan cara yang amat tak berperikehapean. Silent profile.

Masih di fase autis, saya mengintip ke layar gadget yang kini berada di pangkuan saya.

Mbak Adel (1/1) 8:53: AM
“Awaaaan, Mbak Dela lagi sibuk. Sampe lupa ngehubungin kamu. Lagi jumpalitan. Bisa jadi suker Jumat Cendol sore nanti yaa? Aku lupaaaaa, soalnya lagi jungkir balik jumpalitan sama detlen-detlen. Hiks! Tentang kearifan lokal ya, Awaaaan. Bisaaaa yaaaa.”


Gubraks! Konsentrasi saya buyar *sebenarnya dari awal saya sudah gak konsen juga sih, hihihiii* Jadi suker? Alamaaak!

SMS itu tidak langsung saya balas. Saya mikir dulu. Panjang. Jadi suker di Jumat Cendol? Gue? Gak yakin deh! Selang beberapa menit kemudian, diam-diam, pelan-pelan saya menyentuh tombol querty putih bernas itu.
“Apaaaaaa? Sukeeeeer di Jumat Cendoool? *shocked* ..... Aku usahain ya Mbaak.”


Beberapa detik selanjutnya layar hape saya kembali berkedip, kali ini tidak berisik.
“Ya bisaa yaaaa! Asyiiiik! Maafin Mbak Dela ya telat ngomongnya. Aku minta port folio kamu yaa buat woro2 yaa.”


Mati gue!

Well, selamat siang (daerah lain menyesuaikan) Cendolers yang keren! Cerita di atas hanya sebagai pembuka saja. Yaa, paling gak sebagai jawaban dari pertanyaan besar mengapa saya berani ‘nongol’ di doc. sakral ini? *Haduh, saya gak tau harus ngomong apa lagi*. Oke, as you know lah yaa, saya bukan sesiapa sebenarnya. Masih unyu, suer takower-kower. Makanya saya takut “merasa tidak pantas” ketika dipercaya oleh Mbak Dela dan jajaran suhu-suhu keren sekolah ABC untuk menjadi (calon) suker di Jumat Cendol edisi hari ini dengan tema “Tema Lokalitas dalam Cerpen”. *tarik napas*

Sebelumnya saya mau curcol dulu yak! Boleh yah? Boleh doong! Jadi begini; Nama saya Setiawan D Chogah, baru menulis (sedikit serius; demi honor) tahun kemaren. Actually, in fact, dan sejujurnya saya tidak pernah mengspesialisasikan jenis tulisan saya sebagai tulisan sarat muatan lokalitas. Saya menulis tanpa pretensi apa-apa kok, begitu saya pengin nulis, ya nulis aja. Kalaupun nanti di tulisan yang saya tulis terdapat muatan lokalitas, itu kebetulan saja kali ya *bingung deh*.

Eniwei, apa sih yang ada di pikiran kamu ketika mendengar kata lokalitas? Kedaerahan? Tradisional? Hmm, kalau merujuk pada definisi ala Mbak Gugel nih ya, ada beberapa persepsi tentang lokalitas;

Selama ini lokalitas melekat pada simbol-simbol kedaerahan *tuh kaan?*. Ketika ada cerita-cerita yang mampu menggunakan dan atau menggali nama tempat, dialek, tradisi, mitos, hikayat, sejarah, dan kearifan lokal, maka ia akan terkodifikasi ke dalam ranah lokalitas. Lokalitas kerap disamakan dengan tradisionalitas. Ketika karya sastra mengangkat budaya lokal, perihal kearifan lokal, hikayat, mitos, dan sejenisnya, maka dengan ‘semena-mena’ karya tersebut dilabeli lokalitas.

Hadeuh! Gak ada pendekatan yang lebih ‘cucok’ lagi, Ciiin? Tenang, Joo! Gampangnya aja yaa, lokalitas itu adalah wilayah geografi yang lebih sempit *itu pengertian lokal, dudul!* Hiihiiiiii. Biar lebih gampang lagi kita sharing aja yuuk! Saya yakin dan percaya di sini buanyaaaaak yang lebih gape dan andal kalo bicara soal lokalitas dari saya. Yuuuk mareee!

(*Penting: Jawaban teman-teman akan saya jawab sebisa dan sesuai ketahuan saya ya. Saya masih ‘bodoh’ dalam berteori. Beneran deh. Perbedaan antara surealis dan antagonis aja saya gak tahu. :))


CC: 
Kepsek Mayoko Aiko
Para Suker dan Cendoler yang keren.
Sampai jumpa di Kemah Sastra II besok ya.. ^_^



Oleh : Setiawan D Chogah


Komentar :

Arniyati Shaleh :
Ngabsen, tanya, bisa ngasih contoh judul cerpen Suker Awan yang mengandung lokalitas? Trims.

Setiawan D Chogah :
Hmmm, ada pertanyaan ^^
Bunda Arniyati Shaleh di Makassar: Sala satu cerpen saya yang unsur lokalitasnya kental Penantian Amak yang dimuat Tribun Jabar, Bund. Nanti silakan baca yaa. Jangan-jangan gak ada unsur lokalitas sama sekali. Hehehee. O ya, cerpen Kiara di Story edisi 18 juga lokalitas.

Arniyati Shaleh :
Makasih Suker, tanya lagi ya, apa yang mendorong Suker menonjolkan lokalitas dalam karya tersebut? Apa karena ada idealisme tertentu atau memang murni karena dorongan ide?

Setiawan D Chogah :
Bunda Arniyati Shaleh:
Kebanyakan cerpen saya berdasarkan pengalaman saya, boleh dikatakan saya meuliskan apa yang pernah saya alami dan saya rasakan. Seperti cerpen saya di Annida yang berjudul Bukan Sultanurbaya tentang tradisi lama di kampung saya kalau ada ketakuan di hati Mandeh (Ibu) terhadap anak laki-lakinya terpikat gadis rantau. Jadi motivasi saya menulis lokalitas sebenarnya tidak juga terkait idealisme. tapi saya taunya itu, makanya saya menulis itu.

Arniyati Shaleh :
Waw keren! Tanya lagi yaa, apa yang menarik dari kearifan lokal?

Setiawan D Chogah :
Bunda Arniyati Shaleh:
Pertanyaan yang bagus. Hihihihihi. Apa menariknya kearifan lokal? Sangat menarik. Dengan membaca cerpen lokalitas kita mendapat informasi tentang kearifan sebuah kebudayaan, tempat, dll dari sebuah daerah dengan cara yang beda. #Cerpen.

Arniyati Shaleh :
Kembali lagi sambil ngulek sambal ijo, maaf pertanyaan pribadi sangat, hmm gadis lokal daerah mana yang Suker tembak jadi pendamping kelak?
*dipelototin Sang Pengamat.

Setiawan D Chogah :
Bunda Arniyati Shaleh:
Hahahahaaaa. Saya tidak mematok sampai sejauh itu, Bund. Mau Batak, Minang, Sunda, Jawa, Bugis, ataupun bule. Kalau dia jodoh saya dan saya jodoh dia, saya siap menjadi Imam buat dia. Kalau boleh meminta, seiman, patuh dan bisa mengerti saya saya dan profesi saya kelak. Sudah cukup.

Arniyati Shaleh :

Sip Suker, hi hi hi
Tanya lagi, bunda pernah menulis Dayang Sumbing vs Roro Gendut tapi bunda ragu publish karena takut menyinggung rasa kelokalan, apa plesetan seperti itu boleh dipublish?

Setiawan D Chogah :
Bunda Arniyati Shaleh:
Sebenarnya tidak ada larangan. Dayang Sumbi itu kan hasil cipta rasa dan karsa manusia (baca budaya). Cuma yaa kalau masih bisa menulis cerita yang lebih fresh, mengapa harus mengutak atik cerita yang sudah ada? Tapi kalau utak-atik Bunda sesuatu dan WOW, silakan saja. Siapa tahu Dayang Sumbi itu ternyata dulunya punya suami di Makassar. Hayooo. Hihiihiii.

Zen Horakti :
Gimana sih agar kita bisa membuat sebuah karya yang kentara lokalitasnya dan bisa membuat orang sadar dan menambah pengetahuannya tentang budaya lokal itu?

Setiawan D Chogah :

Zen Horakti:
Kalau pengalaman saya, saya menuliskan sesuatu yang jarang dituliskan oleh penulis lain (bisa juga dengan cara menyampaikan ulang). Sertakan informasi tentang kedaerahan kita yang mungkin pembaca di daerah lain tidak tahu (atau tidak terlalu tahu) tentang itu. Seperti sistem matrilineal di Minangkabau. Sebuah sistem kekerabatan yang hanya beberapa negara/ suku yang menganutnya di dunia. Intinya sampaikan yang kita tahu, jangan mengada-ngada. Itu saja.

Nidya Meidhyana Prasantya Utami :

Iya aku pernah baca cerpen "Kiara" di story.
Itu bisa muncul ide seperti itu bagaimana, Mas Setiawan D Chogah? Mengingat dirimu kan udah ga tinggal di sana

Setiawan D Chogah ‎:

Nidya Meidhyana Prasantya Utami:
Saya menuliskan apa yang saya rasa dan saya alami. Cerpen Kiara itu 40% true story. :) Cuma saya kemas ulang secara fiksi *nah lho*

Nidya Meidhyana Prasantya Utami :
ada kesulitan dalam pengemasannya, Mas Setiawan D Chogah?
Terus apakah kesulitan lain yang biasanya dihadapi dalam menulis tentang kearifan lokal ini?

Setiawan D Chogah ‎:
Nidya Meidhyana Prasantya Utami:
Jujur, saya justru nyaman dengan menulis lokalitas. Kalau tema lain saya sedikit keteteran.

Iman Safri Lukman ‎:
TANYA:
Sore SuKer, apakah kearifan lokal dalam cerpen selalu erat kaitannya dengan budaya setempat? Atau adakah 'unsur' lain yang bisa diangkat?

Setiawan D Chogah :

Sore Mas Iman. :) Kalau merujuk pada pendapat ahli, mungkin Mas bisa baca. Saya tidak berani mengatakan iya dan tidak. Tapi saya akan coba jawab sesuai kapasitas saya ya. Unsur lokalitas tidak melulu sebatas budaya. Seperti Laskar pelanginya Andrea Hirata. Fokus ceritanya paa bidang pendidikan, tapi sarat dengan muatan lokalitas Belitong.

Iman Safri Lukman :

TANYA (lagi) :)
Maaf kalau pertanyaan kali ini sedikit melenceng. Dulu (dulu banget) ada seseorang yang coba-coba ngirim cerpen ke media nasional. Cerpennya tentang kearifan lokal (Membahas tentang Belungkang--'sejenis perahu di sumsel' ) Dia yakin media tersebut juga 'senang' menampilkan cerpen-cerpen bertema budaya atau sejenis lokalitas. "Maaf, cerpen anda terlalu mengangkat kearifan lokal" itu balesan emailnya. (Atau mungkin beliau memang salah nilai tentang media tersebut)
Nah, adakah trik tertentu agar lokalitas tidak terlalu over? Atau trik untuk menyiasati penjelasan lokalitas dengan jumlah huruf yang dibatasi dalam cerpen (maksudnya gini, menjelaskan beberapa 'hal yang tidak awam' kepada pembaca)

Setiawan D Chogah :
Maaaf, I-net saya ngadat. :p
Mas Iman: Langsung jawab aja yaa. Mungkin ini sudah masuk ke ranah 'tips dan trik' menembus media ya? Hehehehee. Oke nanti kita bahas di luar arena ini ya Mas. Saya mau jawab pertanyaan lain dulu yang berhubungan. :)

Hylla Shane Gerhana :
Tanya: Suker Setiawan D Chogah, saat kita lama di suatu tempat misal di Luar Negeri atau di Metro atau Mega politan. Kita terbentur sebuah fakta kesulitan menulis lokalitas, karena tidak seperti kalau tinggal di Indonesia. Kita bisa survey dari dekat, mendengar cerita dari mereka untuk mengenal lebih dekat lagi budaya, adat istiadat dan lain-lain yang bisa menguatkan dan memperkaya wawasan dalam cerpen kita. Bagaimana cara yang baik, menulis lokalitas dan memupuskan keterbatasan seperti kondisi di atas?

Nuri Dhea Subiyanto :
TANYA: Suker Uda Chogah. Pernah menulis lokalitas budaya yang sama sekali belum diketahui? *maksudnya selain minangkabau* bagaimana cara risetnya? Surfing internet, lewat buku, atau harus pergi ke daerah tersebut?

Setiawan D Chogah :

Mbak Hylla Shane Gerhana dan mbak Nuri Dhea Subiyanto :
Memang adakalannya kita butuh survey tempat untuk menguatkan setting tempat dan suasana dari daerah yang ingin kita angkat. Tapi di zaman yang super duper canggih ini, ada alternatif dan kemudahan yang diberikan internet pada kita. Saya pikir tidak ada salahnya kita memanfaatkan fasilitas ini. Saya juga pernah melakukan hal ini ketika Om Donatus A. Nugroho menantang Cendolers menulis cerpen lokalitas tentang Labuhan Bajo satu tahun yang lalu. Ketika saya mencoba memenuhi tantangan beliau, saya full memanfaatkan informasi dari google tentang labuhan bajo. *Silakan baca cerpen saya yang berjudul Malam Sepi di pantai Flores. :)

Hylla Shane Gerhana :
Tanya lagi Suker: Saat menulis cerita lokalitas bisakah kita memadukan nama tokohnya tidak hanya berasal dari daerah tersebut saja. Atau nama-nama tokoh lokal memang menambah point tersendiri sehingga kekentalan lokalitas terasa banget? Menurut Suker, Setiawan D Chogah yang terbaik nama-nama tokoh dalam cerita lokalitas itu bagaimana?

Setiawan D Chogah :
Mbak Hylla Shane Gerhana:
Jawabannya relatif, Mbak. Saya punya ide cerita. Ada sekelompok mahasiwa dari kota yang akan menjalankan kegiatan KKM ke sebuah desa terpencil yang masih kental dengan adat istiadatnya (ambil contoh pedalaman Kalimantan). Tentu saya nama tokoh-tokoh mahasiswa ini tetap harus 'up to date' dan gak kampungan. Tapi gak lucu juga kalau salah satu tokoh masyarakat di desa itu kita namakan James, Jhon, atau Isabela. :)

Hylla Shane Gerhana :
Tanya: Suker Setiawan D Chogah, aliran cabang dari lokalitas itu apa saja?

Setiawan D Chogah :
Mbak Hylla Shane Gerhana:
Cabang? Wahh, kalau teori saya kurang tahu Mbak. Lokalitas itu punya cabang atau tidak, saya gak tau juga. *Jujur* :))

Hylla Shane Gerhana :
Kalau begitu dinikahkan saja, ya Suker alirannya. Biar lahir akulturasi genre seperti yang Suker jelaskan tadi ada Horor Lokalitas misalnya.

Hardia Rayya ‎:

Setiawan D Chogah:
Maaf bantu jawab pertanyaannya Ibu Hylla, di Workshop Ceban itu, Anda kan pernah bilang, kalau tema lokalitas itu bisa masuk ke genre apapun. Coba aja liat di media-media. *Masih inget

Iman Safri Lukman :
Kalau boleh saya sok tahu, lokalitas bukan aliran. Tidak bisa disejajarkan dengan realisme, surealisme, naturalisme dll. *eh benar ga ya? :)
Lokalitas hanya berfokus pada ide pokok yang ingin diangkat. Dan saya sependapat kalau lokalitas bisa 'dikawinkan' dengan genre horor dan disajikan dengan aliran apapun (hanya mungkin kebanyakan tema lokalitas sering menggunakan sastra serius)
mohon koreksinya kalau saya salah ^_^

Setiawan D Chogah :
Mbak Hylla Shane Gerhana:
Oooo, I get it. ya saya menangkap maksud pertanyaan Mbak Hylla. Yang saya sebutkan di atas itu adalah unsur penyusun lokalitas itu sendiri (bisa bahasa, dialeg, tempat, kebiasaan, mitos, dll). Ya kalau kita mau mengangkat mitosnya, jadilah dia cerpen lokalitas bermuatan horror. Atau kalau kita mengambil kebiasaan mereka berpantun, berdendang, dll mungkin nati jadinya cerpen lokalitas yang romantis. Begitu.

Terima kasih bantuannya Hardia Rayya. Benar sekali, lokalitas bisa dikawinkan ke semua genre tulisan.

Sependapat dengan Iman Safri Lukman :). Lokalitas itu bukan aliran. Tapi ide.

Retno Hotaru Handini :
Hadir! Tanya suker, Apakah boleh kita memadukan beberapa lokalitas dari daerah-daerah yang berbeda dalam satu cerpen?

Setiawan D Chogah ‎:
Hai Retno :). Boleh-boleh saja. Semakin banyak justru semakin bagus. Itu artinya kamu kaya akan wawasan. Saya pernah menulis tentang Minang dan Banten di cerpen saya "Mata Amiya" dalam antologi CINTA DALAM KOPER yang InshaAllah sebentar lagi akan terbit *Colek Dad Mayoko Aiko.

Retno Hotaru Handini :
Terima kasih suker untuk jawabannya.
Tanya lagi, Lalu bagaimana agar kita dapat memadukan beberapa lokalitas tersebut agar menjadi satu kesatuan tanpa ada pertentangan suker? Misalnya tuh, ketika kita berusaha memadukan lokalitas yang ini takutnya justru bertentangan dengan lokalitas yang itu. Kan jadi ribet suker, hehe. *Semoga ngerti sama maksud pertanyaan Retno, ribet sendiri, hehe*

Setiawan D Chogah ‎:
Retno Hotaru Handini:
Wiiih, kamu beneran di Seoul? Jangan dibikin ribet. Menulis itu terapi jiwa. Kalau ribet nanti malah jadi sakit jiwa. Hihihihihii. Pertentangan? Kalau in fact memang ada pertentangan antar 2 budaya lokalitas itu, ya sampaikan saja pertentangannya seperti apa. Justru itu akan semakin membuat cerpenmu menjadi menarik dan 'sesuatu'.

Retno Hotaru Handini :
Terima Kasih suker. Saya enggak di Seoul meski berharap bisa tinggal di sana walau beberapa hari saja, hehe.
Tanya lagi suker. Bagaimana jika saya menuliskan cerpen yang mengangkat lokalitas namun tidak memasukkan kosa kata (bahasa) tentang lokalitas tersebut? Jadi ceritanya hanya tentang kita yang menceritakan tentang daerah tersebut tanpa kita menggunakan kosa kata (bahasa) yang biasa digunakan di daerah tersebut. Yang seperti itu, masikah tergolong cerpen lokalitas suker?

Setiawan D Chogah ‎:
Retno Hotaru Handini
Selama kamu bercerita tentang unsur lokal (budaya, dialeg, adat istiadat, kebiasaan, juga bahasa), itu lokalitas. penggunaan kosa kata itu untuk menguatkan saja. Misal, kamu bercerita tentang Batak, lalu kamu gunakan kata euy, atau ondeh mandeh; jadinya gak logis. :)

AD Rusmianto :
TANYA : bagaimana mengasah kepekaan atau kejelian kita dalam menulis cerita tentang lokalitas? lokalitas mungkin tidak hanya sebatas sebuah gedung yang terkenal di daerah itu, atau nama makanannya, tapi juga karakter dari daerah itu sendiri. ya, karakter yang menjadikan kenapa dinamakan seperti itu. terima kasih.

Setiawan D Chogah ‎:

AD Rusmianto di Tasikmalaya:
Banyak membaca. Intinya, pelajari daerah yang akan kita angkat 'sesuatu'nya itu. Bisa dengan cara membaca buku, surfing, tanya temen, nonton, atau datangi langsung daerahnya.

Ndaa'Yolanda Agista Istokri :
TANYA : Apakah dalam menulis cerita tentang lokalitas harus sepenuhnya mengasah pada tema itu atau boleh dicampur adukkan dengan tema yang lain? Cara tergampang apa yang membuat tulisan bertema lokalitas dapat dinikmati pembaca dengan apik. Terimakasih.
*rada nggak nyambung

Setiawan D Chogah ‎ :
Ndaa'Yolanda Agista Istokri:
Tidak juga. Unsur lokalitas bisa dipadu dengan tema percintaan. Lokalitas itu hanya 'bahan', untuk penggarapan silakan saja penulis bereksperimen nyamannya di genre dan gaya yang bagimana. *iklan: silakan baca cerpen saya yang berjudul KIARA di Majalah Story edisi 18* :)

Ndaa'Yolanda Agista Istokri :
Tanya lagi : Apakah "Lokaliltas dalam Sastra" sangat terkait dengan peradaban Global?

Setiawan D Chogah ‎:
Ndaa'Yolanda Agista Istokri:
Would you repeat again in another word? Hahahhaa. Maksud saya pertanyaanya tolong disederhanakan lagi. ^^

Ndaa'Yolanda Agista Istokri :
Aduh aku juga bingung ngomongnya gimana, intinya apakah lokalitas dalam sastra itu terkait atau tidak dengan peradaban global "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa" begitu. :)

Setiawan D Chogah ‎:
Ndaa'Yolanda Agista Istokri:
Gampangnya aja deh. Liat lagi ya pendekatan arti lokalitas yang saya copas dari Mbak Gugel. Begitulah lokalitas.

Ocuz Wina S :
Saat mendengar cerpen lokalitas kayak murid SMP disuruh ngerjain matematika sama fisika. :D
Yang ada dalam bayangan itu cerpen lokalitas itu harus kudu detail banget dengan suasana, setting juga budayanya. Emang harus begitu ya, Uda?

Setiawan D Chogah :
Pulinku Ocuz Wina S:
Siapa yang bilang begitu? Sini aku kirim ke kerajaan satwa. Heheheee. Tidak begitu juga Paulinku. Semisal di cerpenmu kamu berkisah tentang si aku yang tersesat di Hongkong, apa perlu si aku itu tahu Hongkong secara detail? *eh ini jawaban gue nyambung gak?*

Ocuz Wina S :
Hehehe...
Uda, apakah lokalitas itu hanya yang berhubungan dengan budaya/daerah di INA saja? Kalo kita menceritakan budaya, misalnya di HK, itu bukan masuk lokalitas, ya?

Setiawan D Chogah :
Paulinku Ocuz Wina S:
*pertanyaan berat* Berancak dari kata lokalitas berasal dari kata lokal yang secara harfiah artinya sebuah kawasan geografis terkecil. *bingung deh* Ya kalau bagi orang Indonesia lokalitas itu yang unsur kedaerahan di Indonesia, kalau bagi orang Malaysia ya mungkin lokalitasnya di daerah di malaysia. Gampangnya lokalitas itu mengandung unsur kearifan lokla, budaya, keunikan, bahasa, dan dialeg dari suatu daerah. :)

Dela BungaVenus :

Tanya : Apakah ada kendala jika menuliskan latar belakang lokalitas yang berbeda dari suku kita sendiri. Apa resikonya?

Setiawan D Chogah :

Mbak Dela BungaVenus yang baik:
Hehehee. Nah ini dia masalahnya Mbak. Saya pernah nulis cerpen tentang Labuhan Bajo. lalu cerpen itu dimuat dan dibaca pembaca. Lalu beberapa hari kemudian ada yang mengirimkan 'ralat' ke inbox saya. Intinya informasi yang saya sampaikan janggal. :)) *Kudu hati-hati*

Chaerul Akbar Al-Haq :
Tanya Mr. Awan :
Cerpen atau sebuah cerita yang memaparkan mitos yang seram dari suatu tempat, apakah termasuk lokalitas yang bergenre horor? Atau hanya sebatas cerita horor belaka? Begitu pula yang bersangkutan dengan legenda atau hikayat yang berbau action. Jenis cerita tersebut, apakah tetap dikatakan cerita lokalitas?

Setiawan D Chogah :
Chaerul Akbar Al-Haq:
Bisa jadi Mas, Chaerul. Sudah punya DSS? Sila buka halaman 197 :) Itu lokalitas yang mistis. :)

Iman Safri Lukman :
Saya nyimpulinnya gini SuKer Setiawan D Chogah, selama settingnya masih dalam lingkup geografis yang kecil (ditambah dengan hal spesifik yang diangkat dari daerah tersebut) maka itu bisa disebut lokalitas ya?
Atau gini, boleh settingnya beberapa tempat. Asal ide pokoknya tetap tentang 'hal spesifik' tadi. Benarkah?

Setiawan D Chogah ‎:
Iman Safri Lukman: Cocok! :))

Noes Junior :
Mas Suker. Apakah akan menimbulkan SARA jika saya menulis novel lokalitas yang tokoh utamanya dibuat parodi atau nyeleneh?
Contoh: Malin kundang yang dibuat karakternya menjadi seperti justien bieber.. Endingnya tetap sama: Karena bergaya hollywood dan tidak mau nurut sama emaknya, Malin kundang dikutuk jadi batu.
Tapi setting tempat, waktu, adat, budaya tidak ada yang dirubah hanya malin kundangnya dan tentunya dengan penambahan kejadian-kejadian jenaka di setiap plotnya.. seperti zaman samurai tiba-tiba ada sebuah robot.

Setiawan D Chogah :
Mas @noes:
Yang sama kan jalan ceritanya? Settingnya beda. Tidak ada yang melarang, cuma ketika novel itu terbit, siap-siap saja menjadi bahan perbincangan publik. Hahahahaa. Jadi gini Mas. Mas tau dong Meteor Gargen? Nah pernah gak nonton sinetron Indonesia yang judulnya Siapa Takut Jatuh Cinta? yang pemainnya Leoni, Roger, Steve, dll. Itu Meteor Garden ala Indonesia. Ceritnya sama, tapi orannya beda. Kira-kira ya begitulah. :)

Dia Gaara Andromeda :
Tanya :
Chocho ... *eh :p
Suker Chogah, begini saya mau tanya sesuatu tentang lokalitas. Yang simpel-simpel aja.
Kebetulan saya ini suka sekali nulis cerpen horor. Nah saya ingin membuat inovasi baru neh *ceila bahasanya*, saya ingin sekali mencampurkan lokalitas dengan horor, nggak masalah kan saya berbuat begini? Takutnya dianggap tabu aja, maklum lokalitas kan identik dengan kedaerahan yang kental banget. Jadi takut dianggap melanggar aturan gitu.
Tanya 2,
Saya baca di beberapa cerpennya Suker Chogah, mengangkat lokalitas minang, namun adakalanya suker Chogah, menulis sesuatu yang berbeda sekali, malah jauh dari lokalitas. Seperti yang pernah saya baca di cerpen suker Chogah di majalah HAI. Yah, jujur perpindahan jalur yang signifikan begini, masih sangat sulit saya kuasai dan susah menyiasiatinya. Merubah cara pandang sesuai warna majalah, agak sulit buatku, minta tips dan triknya dung suker untuk menyiasati perpindahan mainset yang disesuaikan dengan warna majalah ini. Makanya belum banyak majalah yang saya incar, terlebih koran belum kepikiran sama sekali.

Setiawan D Chogah :
Widong:
Jawab 1 :
Boleh Widiiiii. Loklitas itu kan gak hanya bahasa adatupun adat istiadat. Tapi juga dialeg, suasana tempat, mitos, makanan, kebiasaan, dan lain sebagainya tentang daerah itu.
Contoh: Masayakat Minang sudah tahu betul apa itu Si Jundai, Orang Bunian, Gasiang Tangkurak, dan Cindaku. Sementara mereka tidak begitu familiar dengan Gendoruwo, Kuntilanak, Tuyul, dan hantu-antuan Jawa lainnya. :)
Jawab 2:
Jawabannya nanti ya, beda tema soalnya. Nanti kita curhat-curhat di Kemsas. :)

Kaspul Darmawi :
satu hal yang kutakutkan jika menulis cerpen lokalitas bukan suku sendiri, yaitu terjebak SARA.... suker Setiawan D Chogah, bagaimana menghindari SARA dalam cerpen lokalitas?
bahkan ada penelitian ilmiah ternyata terkena unsur SARA, efeknya si penulis harus melaksankan upacara adat yang lumayan lah

Setiawan D Chogah :
Mas Kaspul Darmawi:
Selama di cerita itu kita tidak menjelek-jelekkan budaya daerah lain. Pertentangan SARA tidak akan terjadi kok Mas. Lain hal kalau penulis menulis pemikiran yang berbeda/ bertolak belakang dengan adat istidat daerah yang dia tulis. Sebenernya boleh saja, asalkan didukung oleh data yang akurat.
Hahahaaa. Mungkin itu sudah nasip si peneliti kali ya Mas. Itulah kehidupan. Punya rambu-rambu tertentu yang harus kita patuhi, ada norma adat, agama, pantangan dan lain sebagainya. Tinggal bagaimana kita saja menyisiasatinya. :) Yaaa, buat awal-awal kita garap tema lokalitas yang ringan dulula. :)

Al Zaytuniy Hidayat :
Met pagi... !! Kendari dari semalam belum nongol mataharinya. Langitnya keliatan mau sunrise trus.. Mas Suker, tanya juga: Kalau kita ngangkat lokalitas daerah yang sangat terpencil, yang bukan cuman daerahnya yang tak ada di Mas Globe, tapi semua hal yang menyangkut daerah itu, Mbak Gugel pun gak tau, kayaknya gak akan dimengerti oleh pembaca. Solusinya gimana?

Setiawan D Chogah :
Mas Al Zaytuniy Hidayat:
Pagi juga Masss/ apa Mbak? Hehehee. Maaf. Yang menulis kan penulisnya Mas. yang notabene sudah tentu paham betul dengan apa yang akan dia tulis. Terlepas pembaca mengerti atau tidak itu hak pembaca. Mungkin ini lebih ke teknik penceritaannya si penulis. Misal. Andrea Hirata menulis tentang Belitong. Sebelumnya saya tidak tahu Belitong. Setelah membaca Laskar pelangi saya bisa ber "Ooooo, jadi begitu tooooh." Bagian mana yang membutuhkan pengertian pembaca? Kita menulis cerpen kan menceritakan, meberi informasi dengan melaui karya fiksi. Jadi walaupun cerpen itu fiksi, bukan bearti semuanya kita fiksikan, harus sesuai logika juga. Jadi jangan takut pmbaca tidak akan mengerti.

Mayoko Aiko :
Suker Awan...
Bagaimana tulisan atau rasa lokalitas bisa dinikmati secara globalitas?
Kadang menjadi tantangan tersendiri mengglobalkan ide-ide lokal karena lokalitas kadang bersifat segmented.
Mohon saran.

Setiawan D Chogah :
Dad Mayoko Aiko:
Jawaban anak culun: Hahahaha. Haduuh, kudu hati-hati nih jawabnya. Hmmm, agak sulit buat saya Dad. Secara belum berpengalaman. Tapi pernyataan dad saya setuju 100%. Mungkin lain kali akan saya coba untuk mengglobalkan nuasa lokal. *Haseeek*.
Tapi kalau boleh berkaca pada beberapa senior saya *????* Andera Hirata dan Ahmad Fuadi, mereka mungkin boleh dikatakan telah sukses membuat ide-ide lokal menjadi global melalui tulisan mereka yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa itu. Atau juga melalui film barangkali. Semisal film Merantau, dan film bule yang waktu itu pernah syuting di Bali (saya lupa judulnya) Heheee.


Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO