Rabu, 16 November 2011

Khayalan yang Autentik - Sirkus Penulis #18

KHAYALAN YANG AUTENTIK

Meski bermain di ranah fiktif, seorang pengarang/penulis sah-sah saja mengangkat realita dalam kehidupan, budaya, situasi dan kondisi, harapan dan kenyataan secara autentik. Unsur-unsur yang riil dalam fiksi selain bisa memperkuat bobot dan mempertajam sayatan dalam mengupas persoalan hidup masyarakat, juga membuat karya menjadi apik karena terasa nyata.

Beberapa (banyak) karya fiksi sengaja dengan tegas mengedepankan realita yang kemudian bisa dijadikan tolok ukur kebudayaan dan kemudian dikaji secara keilmuan. Novel Musashi (Eiji Yoshikawa) dan Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) adalah sedikit dari banyak contoh novel yang meskipun fiktif dianggap sebagai sebuah 'kebenaran' nilai-nilai tertentu.

Di era sekarang, penulis (bahkan yang paling pemula sekali pun) tak perlu risau karena merasa bodoh dan hanya sedikit tahu, karena proses memperkaya pengetahuan dan wawasan bisa dicapai dengan banyak kemudahan fasilitas dan teknologi.

Meski tidak harus, penulis boleh (bahkan dianjurkan) untuk mengangkat realitas sebagai pencerminan identitas ke dalam karya-karyanya. Dan untuk itu memang butuh proses yang panjang, tapi tak perlu dicemaskan.
Alirkan tulisanmu!


Oleh : Donatus A. Nugroho



Komentar :


Cem Acem :
semacam sindiran gitu terhadap pemerintah atau anak alay?

Donatus A. Nugroho :
Apa pun, Cem Acem. Apa pun.

Cem Acem :
tapi nggak harus sindir-sindiran kan?

Donatus A. Nugroho :
Sindir-sindiran, kritik, boleh.

Putra Alam :
Menurutku syah saja, Bang Acem


Cem Acem :
iya sah aja nyindir juga, tapi aku kan pria baik hati yang tak suka menyindir, mas puput Alam,  maksudku tidak harus dalam bentuk sindiran, realita menyenangkan juga banyak,
kali

Ady Dy CHiara :
Di era sekarang, penulis (bahkan yang paling pemula sekali pun) tak perlu risau karena merasa bodoh dan hanya sedikit tahu, karena proses memperkaya pengetahuan dan wawasan bisa dicapai dengan banyak kemudahan fasilitas dan teknologi.

Pengen tanya, boleh ya.. boleh ya..
kemudahan fasilitas dan teknologi seperti apa yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan ?

*bingung

Donatus A. Nugroho :
Ady Dy CHiara: contoh paling gampang adalah, kau bisa bertanya dari cara membuat tempe sampai konflik Timur Tengah sama mbah Google.


Ady Dy CHiara :
saya tidak punya keberaniaan untuk berbicara di depan orang, ntah mengapa itu terjadi sama saya, dan hal itu yang membuat saya menjadi seperti ini takut berbicara karena takut salah dan tidak berani berargumen karena takut dikritik atau diprotes.(ko malah curhat?)
tapi itu memang terjadi sehingga saya hanya berani dalam hal seperti ini yang tidak ada seorangpun yang menatapku. Hehehe...

Wina Amora K ‎:
Masih OTW...
@Ady: gini lho, tetapkan dulu kamu mau nulis tentang apa. Misal: budaya Thailand. Tinggal ketik topik itu pada kolom google search dan tekan enter. Udah, jawabannya langsung dapat. Kenapa mesti lama? Justru itu jauh lebih cepat dari pada nanya ke sana-sini, apalagi ke perpus.

Ady Dy CHiara :
jawaban yang membuatku berfikir,,
memang semua tergantung pada diri kita sendiri.
"Tapi gimana cara memulainya Om ?"
keluar tanpa persiapan hanya membuat kita keliling tanpa kejelasan.


Donatus A. Nugroho :
Ady Dy CHiara ayolah .... jangan habiskan waktu hanya untuk berpikir dan bersiap-siap. Jalani aja. Trial n error!

Ratna Wulandari :
Ranah fiktif yang mengangkat realita seperti contoh-contoh di atas memang jadi bikin cerita lebih hidup, membuat pembacanya belajar tanpa merasa digurui. :)


Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO 

Selasa, 15 November 2011

Cinta Tak Bersyarat - Element

Tak ada sedikitpun sesalku
Tlah bertahan dengan setiaku
Walau diakhir jalan
Kuharus melepaskan dirimu


Ternyata tak mampu kau melihat
Dalamnya cintaku yang hebat
Hingga ada alasan
Bagimu tuk tinggalkan setiamu ...

Demi nama cinta
Telah kupersembahkan hatiku hanya untukmu
Tlah kujaga kejujuran dalam setiap nafasku
Karna demi cinta
Telah kurelakan kecewaku atas ingkarmu
Sebab kumengerti cinta itu tak mesti memiliki

Andai saja bisa kau pahami
Layaknya arti cinta sejati
Karna cinta yang sungguh
Tiada akan pernah mungkin bersyarat ...

Demi nama cinta
Telah kupersembahkan hatiku hanya untukmu
Tlah kujaga kejujuran dalam setiap nafasku
Karna demi cinta
Telah kurelakan kecewaku atas ingkarmu
Sebab kumengerti cinta itu tak mesti memiliki

Ternyata tak mampu kau melihat
Dalamnya cintaku yang hebat

Senin, 07 November 2011

Gelisah, Selalu Bergerak dan Merdeka - Sirkus Penulis #17

GELISAH, SELALU BERGERAK DAN MERDEKA

Ciri-ciri orang kreatif (baca penulis), salah satunya adalah gampang gelisah. Situasi tertentu yang bagi orang lain tak penting dan dianggap masalah kecil, bisa penting bagi seorang penulis dan menjadi modal dasar bagi munculnya ide dan tulisan yang luar biasa.

Orang kreatif selalu terusik bahkan dalam situasi yang paling sunyi sekali pun.
Sirkus Penulis mengingatkan para calon penulis untuk tidak tinggal diam. Saat diri merasa gelisah, itu saatnya untuk begerak dan menghasilkan sesuatu dengan hasil ganda: Pertama, kegelisahan hilang karena tersalurkan dalam luapan emosi yang tertuang dalam tulisan. Kedua, tulisan yang lahir dari kegelisahan biasanya bagus dan berisi, karena muncul sebagai bentuk pemberontakan atau sekedar keinginan untuk berbagi.

Selalu bergerak tidak berarti penulis harus keluar dari ruang nyamannya dan menghirup udara bebas sambil bertualang untuk melengkapi tulisannya. Secara fisik penulis boleh diam, tapi pikiran dan imajinasinya memecahkan sekat dan kebuntuan, akalnya mencari kebenaran dengan banyak media yang bisa memudahkannya.

Seorang kreator tidak pasif. Ia tidak menunggu order, tidak menanti ajakan, tidak menanti lomba, tidak terikat pada kelompok-kelompok kecil atau besar yang membelenggu kreatifitas dan produktifitasnya. Ia adalah orang merdeka yang boleh menentukan nasibnya sendiri. Maka kelompok hanyalah arena untuk mematangkan diri, belajar-mengajar, memperluas jaringan dan berkompetisi secara sehat. Selanjutnya ia berhak untuk mengeksploitasi kemampuannya kemana dan dimana dia suka, sebanyak-banyaknya.


Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :

Murni Turmiyati :
Penulis yang baik adalah penulis yang peka pada situasi atau kejadian disekitarnya dan menjadikan peristiwa itu sebagai ladang inspirasi baginya dalam berkarya...

#efek masih nglindur...
...ZZzzZ_ZzZz-ZzZzZzZ_....

Pio Andre :
Aku lebih menganggap 'gelisah' di sini adalah keinginan kuat untuk menulis, dan kegelisahan itu akan hilang jika sudah tersalurkan. Tapi aku lebih gelisah dan nggak tenang kalau tulisan nggak kelar-kelar, hehe...*grrr*



Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO

Rabu, 26 Oktober 2011

Membombardir Media - Sirkus Penulis #16

MEMBOMBARDIR MEDIA

Apa yang harus dilakukan seorang penulis pemula/setengah pemula untuk meningkatkan kreatifitas dan produktifitasnya? Mengikuti pelatihan lagi dan lagi? Materinya itu-itu saja! Menekuni banyak teori? Malah stuck, kebanyakan mikir, terbelenggu teori dan akhirnya jadi gamang ketika menulis.

Proses pembelajaran dan belajar menulis sesungguhnya justru terjadi pada saat kita sedang menulis itu sendiri. Ketika menyelesaikan tulisan dan menulis yang berikutnya dan berikutnya lagi, kematangan menulis terasah dan berhadiah. Hadiah itu adalah ketika ada satu-dua atau banyak tulisan yang dimuat atau diterbitkan.
Jadi tips dan trik Sirkus Penulis adalah tetap.... menulis sebanyak mungkin dan menghujani redakasi/penerbit dengan naskah sebanyak-banyaknya. Seperti mengarahkan berondongan peluru ke satu atau beberapa target, pasti akhirnya ada juga yang kena sasaran dengan telak dan mematikannya. Mengirim sebanyak mungkin dan serutin mungin ke redaksi akan membuat nama kita lebih mudah dikenali, juga perolehan nilai positif bahwa kita orang yang serius dan pantang menyerah. Jika tidak pujian, bolehlah kita berharap dikasihani. Itu tidak buruk, kan?

Kelola file naskah dengan baik, buatlah manajemen naskah. Catatan pengiriman yang rapi, keterangan nasib yang didapatkan Sang Naskah, menjadi modal unuk menentukan nasib naskah setelah ditolak/diabaikan.
Naskah buruk dan ditolak pada saat ini, masih bisa disempurnakan agar memliki kesempatan kedua, ketiga atau kesejuta di masa depan. 


Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :

Dian Kristiani :
Kalo pelatihannya gretong dan deket gpp tho Om Donatus A. Nugroho? Soalnya pengen tau juga, belum pernah ngikut pelatihan begitu :)

Donatus A. Nugroho :
Yes, Bu Dian Kristiani.... yang penting disadari adalah: salah jika meletakkan kesempatan pada sebuah atau beberapa pelatihan. Kesemptan dan peluang itu dimiliki KARYA KITA.

Rainy Safitri Inge :
Setuju lagii... kok jadi kayak anggota DPR, setuju melulu :). Kalo kesandung EYD terus, gimana tuh nyembuhinnya? Masukannya dong suker DAN ...#pasang muka melas :)

Dian Kristiani :
banyak baca Safitri Inge Ariani. Semakin kita banyak baca, apapun itu, cerita di majalah, artikel, koran dll...akan terasah kok. Di sana kan EYDnya tepat (asal jangan media tina tini yak)

Donatus A. Nugroho ‎:
Safitri Inge Ariani: tidak pernah ada pelatihan membahas EYD. Kemampuan ini terasah dengan banyak menulis dan banyak membaca karya dari penerbit yang bagus. Tak perlu harus sempurna, karena percayalah, masih ada editor yang dengan sukarela memperbaiki sebuah naskah yang pada dasarnya sudah keren.

Rainy Safitri Inge :
Kesimpulannya mengasah kemampuan menulis dan membaca karya yang keren, bisa membuat kita mempunyai karya keren juga. Terima kasih mas Donatus A. Nugroho ...:) Postinganmu menggelorakan semangatku :p

Donatus A. Nugroho :
Dian Kristiani: teori awal harus bagus, akhir harus memukau, itu bohong ! Bagus tidaknya sebuah fiksi tidak disitu, tapi secara keseluruhan dan kemampuan penulis untuk mensiasati sebuah ide biasa menjadi istimewa.

Dela BungaVenus :
awal paragraf yang bagus Akan menarik perhatian tentunya. Tetapi bila kemudian cerita dan temanya tidak menarik ya percuma saja. Tema dan alur cerita yang menarik paling utama. Paragraf awal yang menarik Akan membuat pembaca memilih bacaan tersebut terlebih dahulu. Juga judul yang menarik itu perlu. ^^

        

Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO

Rabu, 12 Oktober 2011

Membaca Lebih dari Sekali - Sirkus Penulis #15

MEMBACA LEBIH DARI SEKALI

Sebuah karya tidak ditujukan untuk orang lain saja, tetapi juga untuk diri sendiri.
Seringkali penulis tergesa untuk mengirimkan karya ke media/penerbit tanpa mau meluangkan waktu dengan sungguh-sungguh untuk membaca dan menelitinya kembali. Mengendapkan tulisan (inkubasi) untuk beberapa saat (jangan juga terlalu lama) penting untuk mematangkan tulisan dan meminimalisir kesalahan. Jika perlu, manfaatkan orang dekat yang kompeten untuk menjadi proof reader atau first reader. Perubahan besar atau kecil biasanya akan terjadi. 

Tak perlu menghakimi tulisan sendiri terlalu keji, pede aja lagi, anggap orang lain tak lebih pintar dari kita. Jika kepuasan sudah mencapai 50% saja, itu saatnya mengetahui nasib tulisan kita dengan mengirimkannya.   

Baca lagi - (cukup) agak puas - kirim.

*sebuah karya baru memiliki efek sihir setelah diterbitkan*


Oleh : Donatus A. Nugroho


Komentar



Divin Nahb :
Pengendapan yang tidak jarang mengubah tulisan kita semula.

Donatus A. Nugroho :
Keraguan ketika naskah masih di tangan, itu biasa. Jangan dijadikan penghambat.

Maria Ulfah :
hm... aku pernah mencoba hal ini. Sebelum kukirim aku meminta teman-teman dan orang terdekatku untuk menilai tulisanku. Dan meminta pendapat mereka. Hasilnya tulisanku makin baik.

Junaidi Ahmad :
inkubasi nya smp berapa lama pak donatus?

Donatus A. Nugroho ‎:
Junaidi Ahmad: bisa 1-2 hari saja (pengalaman saya).

Siti Emma :
Oiya, pak Don. Mau konsul.
Gimana ya caranya membuat cerpen yg batas hal. hanya 5-7 hal. Biasanya kalo ada lomba kan ketentuannya selalu begitu. Saya kalo nulis suka bablas sampe 20hal paling pendek. Kalo nulis 5-10 hal kyknya tulisan saya ngerasa banyak yg bolong dan kurang jelas isinya. Apa ada kiat2 khusus atau emang sayanya yg agak once nih? Maksud kiat2 khusus, gimana kita bs menceritakan 1 tema cerita tp maksudnya jelas gth.

Donatus A. Nugroho :
Buat kerangka karangan, Siti Emma. Jika tidak, kamu akan keringatan memangkas 13 halaman.

Divin Nahb :
Dan jangan dijelaskan terlalu panjang. Pembaca itu pintar. Ada beberapa hal nggak perlu dijelaskan mendetail sampe akar. Diawali dengan mengupas satu konflik saja dengan satu atau dua tokoh. Menurutku begitu.

Siti Emma :
Kadang Pak kerangka sudah dibikin tp msh suka bablas. Saya patokannya ngejelasin ini dan itu. Apa mungkin gara2 itu tulisan saya jd panjang dan melebar kemana2?

Donatus A. Nugroho :
yaaaa.... itu pola pikirnya yang harus dibenahi :)
sulit kalo tidak dibiasakan dengan menulis sebanyak mungkin.

  
Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO

Senin, 03 Oktober 2011

Menentukan Segmentasi - Sirkus Penulis #14

MENENTUKAN SEGMENTASI

Seperti halnya seorang pemain sirkus, seorang penulis selain ahli melakukan berbagai trik dan akrobat, juga harus memperhatikan siapa penonton aksinya.

Ada tipe penulis yang tak acuh, menulis begitu saja tanpa mempedulikan siapa dan seperti apa sasaran baca tulisannya (undifferentiated targetting). Ada penulis yang dengan jeli menentukan segmentasi (concentrated targetting) dan ada pula yang sengaja menulis dengan multi sasaran (multisegment targetting), satu tulisan mengarah pada beberapa kalangan sekaligus.

Ketika karya sengaja dibuat untuk dilempar ke pasar, menentukan sasaran baca yang tepat akan sangat menolong sebuah karya lekas laku, dalam artian terbit dan dibeli (dibaca).

Seorang penulis yang kemudian hebat tak perlu cemas, karena ketika sebuah karya bagus dan menarik, ia bisa 'memaksa' pembaca di luar segmentasinya menjadi tertarik untuk menekuni karya tersebut.


Oleh : Donatus A. Nugroho


Komentar :

Cem Acem :
segmentasi itu selain ditentukan umur (teenlit, chiklit, gadis, femina), ditentukan sama apa lagi?

Donatus A. Nugroho :
Cem Acem: yang perlu dipikirkan adalah .... segmentasi menentukan bentuk, bahasa, dll. dalam karya kita.

Astuti J Syahban :
Berpendapat : memakai nama lain, boleh,kan?dari pada mengecewakan penerbit yang sudah memesan. Meniru suker yang suka pakai nama lain juga, apabila cerpen2nya terlalu sering dimuat *plak!

Donatus A. Nugroho :
Bu Astuti J Syahban: boleeeeeh ....

Astuti J Syahban :
Oh, iya, tengkyuh bila boleh pake nama lain. *nyambi setrika

Ernanto Pamungkas :
seperti teori marketing hermawan kertajaya segitiga ....Brand....defferensiasi ...posisioning...memang dunia menulis juga mengenal marketing ya suhu Donatus A. Nugroho?....waaaahh. ilmu baru nih....

Donatus A. Nugroho :
Ya ya ya, Mas Ernanto Pamungkas ... menulis untuk kepentingan komersial tentu mencomot ilmu marketing juga.

Jacob Julian :
lagi-lagi ga boleh asal nulis ya?

Donatus A. Nugroho :
Jacob Julian: boleh asal nulis.
Prosesnya akan menjadi: menulis dulu baru kemudian menentukan segment.
Tapi .... memiliki fondasi segmentasi akan lebih memudahkan proses dan bentuk akhir bangunan.

Jacob Julian :
jadi harus memilih sasaran tembak baru...DOR....

Donatus A. Nugroho :
Eh, bukan, JJ. Menentukan sararan, memilih senapan, memilih peluru, baru dor ...

Jacob Julian :
menentukan sasaran : milih genre
memilih senapan : tema dan plot
memilih peluru : ide cerita
dor : WRITE!!!

Eclipse R Amalia :
Untuk 'memaksa' di butuhkan cerita yang dewa banget. . .
Jadi penulis dewa penuh perjuangan >O<

Donatus A. Nugroho ‎:
Eclipse R Amalia: tidak harus jadi Dewa. Banyak karya yang kemudian dikonsumsi semua kalangan. Seperti halnya kita bisa suka Tom 'n Jerry, meski kita udah bukan anak-anak lagi.

Eclipse R Amalia :
Trus baiknya gimana?
Penulisnya yang dewa ato ceritanya yang dewa?

Donatus A. Nugroho ‎:
Eclipse R Amalia ini filosofis banget .... Menulis sajalah! Menulis apa yang ingin kau tulis. Kita tidak sedang ingin menjadi dewa atau menulis untuk mengubah dunia. 

Ernanto Pamungkas :
bagaimana kita bisa membangun posisioning kita sebagai pengarang....selain menembak....

Donatus A. Nugroho :
Eksistensi, kontinuitas dan growing to be better, Mas Ernanto Pamungkas.

Ernanto Pamungkas :
eksistensi kan butuh pengakuan pak suhu Donatus A. Nugroho...terutama dimuatnya karya kita di majalah atau media lain...nah kalo belum...?

Dyah P. Rinni :
teruslah menulis dan menulis lagi. dan dimuat lagi. dan dapat fans lagi. kemudian menulis lagi.

Ernanto Pamungkas :
growing to be betternya mana?

Donatus A. Nugroho :
menulis hari ini pasti lebih baik dari yang kemarin, Mas Ernanto Pamungkas

Ernanto Pamungkas :
pak Suhu Donatus A. Nugroho....berapa karya sih biasanya orang bisa hasilkan dalam 1 bulan....*iri temen ada yang 1 hari 1 karya..Hik... terutama untuk pemula...

Donatus A. Nugroho :
Susah untuk mentargetkan harus berapa, Mas Er. Masing-masing punya alasan untuk menulis/tidak menulis. Begini saja .... seperti yang saya tanamkan untuk diri sendiri ... diawali dengan "merasa bersalah kalau dalam sehari tidak menulis". Proses kreatif menulis tidak berarti harus melahirkan tulisan.

Ernanto Pamungkas :
Pak Suhu Donatus A. Nugroho..maksudnya : proses menulis kreatif menulis tidak harus melahirkan tulisan?..... 

Kimmy Chan :
Euuuuhhh Om Ernanto, proses kreatif itu gak cuman nulis. Tapi juga berkhayal, riset, dll :3 

Dyah P. Rinni :
yup, kaya' stephen king sampai sekarang masih nulis misteri horror, kan. Dan Brown dikenal sebagai penulis thriller. JK Rowling fantasy adventure untuk anak2. Aku rasa tiap penulis harus menentukan dia akan menjadi seperti apa dan konsisten dengan itu.

Donatus A. Nugroho :
Tidak harus Dyah P. Rinni. Kukira King, Brown dan yang lain tidak seketika menjadi seperti itu. Untuk pemula, menjadi penjelajah justru sangat dianjurkan, sampai kemudian dia akan menemukan 'kekuatan'-nya.


Dyah P. Rinni :
aku nggak tahu apa aku masih jadi dora atau tidak. tetapi dari pertama kali aku nulis sampai sekarang, cerita yang kubuat rasanya selalu sejenis.

Donatus A. Nugroho :
Baca Sirkus yang kemarin-kemarin, Dyah P. Rinni. Itu tidak apa-apa.

Sumber :

Rabu, 28 September 2011

Soal Selera Pasar - Sirkus Penulis #13

SOAL SELERA PASAR

Karya sastra sebagai komoditas tentulah bertujuan agar selekasnya 'terjual'. Mengikuti trend (selera pasar) adalah salah satu cara agar karya kita lekas dipublikasikan/diterbitkan dan dinikmati pembaca. Tapi banyak juga penulis yang setia dengan idealisme dan kekeuh dengan aksi tulisnya sendiri.

Sebagai penulis kita boleh memilih:
  1. Under The Wave, yaitu setia dengan gaya sendiri.
  2. Riding The Wave, yaitu berselancar dan mengarus pada gelombang kecenderungan yang tengah terjadi dewasa ini.
  3. Creating The Wave, yaitu menciptakan trend, inovasi dan terobosan-terobosan baru.

Ketiganya boleh dan halal kita mainkan, dan masing-masing membawa konsekuensinya sendiri-sendiri.


Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :



Donatus A. Nugroho :
Ciri khas akan membuat dikenang.
Mengarus akan bisa lekas mengorbit tapi riskan untuk turun dan amblas ke bumi. Istilah kerennya "supernova".
Inovatif akan jadi pelopor tapi siap untuk ditiru dan diikuti.


Sumber :
Perpustakaan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO

Selasa, 27 September 2011

Whisful Thinking - Sirkus Penulis #12

WISHFUL THINKING

'Tugas' penulis, salah satunya, adalah membangun impian indah para pembaca tulisannya. Karya-karya yang memproyeksikan harapan indahnya, keadaan yang tidak tercapai dalam kehidupan nyatanya.
Karenanya muncullah tulisan berupa simbol-simbol kehebatan, kemewahan, pencapaian yang seringkali berlebihan. Sebagai hiburan  tentulah menyenangkan dan tidak ada salahnya. Tapi kelemahan karya yang terlalu menonjolkan mimpi adalah, lagi-lagi, berumur pendek. Ketika impian berakhir seiring selesainya sebuah bacaan, maka pembaca kembali menemukan realita kesehariannya. Dia akan mencari lagi karya yang menyadarkannya bahwa hidup tak seindah impian, dan karya yang ingin dibacanya adalah karya yang tak sekedar memberikan hiburan, tapi sekaligus pencerahan dan syukur-syukur sebuah solusi.

Menjadi tantangan penulis yang keren untuk bisa memadukan banyak aspek. Hiburan sekaligus pencerahan. Dua hal ini menjadi pijakan awal penulis ketika memulai berproses kreatif, tapi jangan kemudian menjadikannya beban untuk 'berdakwah'.
Mainkan akrobatmu! 


Oleh : Donatus A. Nugroho


Komentar


Fuan Arencsid :
Hiburan sekaligus pencerahan, Bagaimana memadukan kedua hal itu Om, agar cerita yang kita ramu makin enak rasanya....

Donatus A. Nugroho :
padatkan jam terbangmu, Fuan Arencsid. Hanya itu, sambil perbanyak baca karya orang lain.

De'fa Fatmawati :
jadi inget waktu saya baca novel pertama dalam hidup saya "Siti Nurbaya" kaadaannya seolah-olah nyata buat saya,,,, ampek kebawa-bawa mimpi,,,, *kapan bisa nulis kayak gitu y???

Donatus A. Nugroho :
De'fa Fatmawati menulis feature dengan baik. hanya lompatan kecil untuk sampai ke fiksi.

De'fa Fatmawati :
om DAN,, so what must i do?

Donatus A. Nugroho :
Bebaskan impian masa kecilmu... spread your wings ... your wishful thinking, De'fa.

Zen Horakti :
Menulis yang lebih luas dan diterima oleh banyak orang. Itu memang tantangan dan kita harus bisa menghadapinya....

Titie Surya :
Eeeehm tricky bagian dari sirkus menulis juga kan mas Don? artinya, seorang penulispun harus tricky mensiasati keadaan yang mungkin bisa membuatnya mengalami writing block, beku ide, mati gaya dan lain-lain.

Sumber :
      

Senin, 26 September 2011

Tema Pokok - Sirkus Penulis #11

TEMA POKOK 

"TULISAN SAYA GITU-GITU TERUS ..."

Itu keluhan yang sering kita dengar dari (pada umumnya) penulis pemula. Tak perlu resah!
Setiap penulis sadar atau tidak sadar memiliki tema pokok yang sangat mewarnai setiap tulisannya. Tema yang selalu diulang-ulang, dan kadang terasa monoton. Hal ini wajar-wajar saja. Obsesi dan kecenderungan inilah yang kemudian justru menjadi ciri khas seorang penulis. Maka kemudian muncullah Penulis A yang selalu mengusung tema humaniora, Penulis B yang selalu menyodorkan komedi rumah tangga dan sebagainya.
Sekali lagi tak perlu cemas ketika menyadari tulisan kita nyaris sama dan begitu-begitu saja. Barangkali justru inilah yang kemudian membuat kita memiliki ciri khas dan mudah dikenali.

Menulislah .... mengalir ....  
Follow your sun!

Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :



Cem Acem :
berarti tinggal gimana cara menyajikannya ya?


Donatus A. Nugroho ‎:
Satu tema sejuta cerita, Cem Acem.

Eno Dee :
Pada akhirnya berkaitan dengan pemilihan genre, Suker?

Donatus A. Nugroho :
Tema pokok, Eno Dee .... tema pokok yang sama bisa masuk ke berbagai genre.

Nimas Aksan :
lalu apa salahku kalo tulisanku (selalu) cenderung Metropop?

Donatus A. Nugroho ‎:
Nimas Aksan ga ada yang salah! yang salah itu Fuan Arencsid yang selalu pipis pada saat kita udah mo berangkat.

De'fa Fatmawati :
om Donatus A. itulah yang saya rasakan pagi ini,,,, baca tulisan saya sendri yang terbit hari ini meski beda-beda tokoh yang saya angkat,, rasanya alurnya kok itu-itu saja,,,,, :(

Donatus A. Nugroho :  
De'fa Fatmawati: Soal alur beda lagi. Justru tema dan ide yang sama bisa disiasati dengan pemilihan alur yang canggih supaya gak monoton. Sirkus Penulis mengajak kita berjumpalitan tapi tetep dalam harmoni.


Wina Amora K :

‎ Tapi, Pak Don, wajarkah jika aku merasa tulisanku GAK gitu-gitu terus kok? Karena alur cerita selalu kubuat beda. Masalahnya adalah: Ada kalanya ide cerita kita (secara tidak disengaja) sama dengan ide cerita penulis lain. Jika sudah begitu, pasti ada rasa ragu, atau bahkan minder karena dikira ikut-ikut. Pesanku buat yang lain: Jangan takut jika memiliki ide yang sama dengan penulis lain, cara kita membawakan cerita pastilah beda, dan itu yang penting.


Donatus A. Nugroho :
Ide yang sama sudah kita bahas di Sirkus sebelumnya, Wina Amora K. Kalo gak merasa gitu-gitu terus, yaaa.... keren-lah!

Dela BungaVenus :

Ya jadi IDE Dan TEMA yang sama bisa masuk ke berbagai genre. Lahirnya akan jadi ceritera yang berbeda ya mas Don? Aku mulai dari ceritera cinta teen lit. Mungkin karena lebih mudah ya,konfliknya ga terlalu ribet. Dan inspirasi majalah Anita Cemerlang itu sih awal2nya. Tapi kepengen buat yang dewasa ga dapet2 sampe ada anthology Impian Liar Perempuan .... Itu termasuk cerpen dewasa pertamaku mas. Selain yang DSS itu. Yang aku ga menang, harus aku olah lagi... Karena genre misteri itu butuh pemikiran yang lebih dalam dari teen lit ya mas? ^^ makasih Suker Donatus A. Nugroho atas postingan2 pencerahannya. ^^

Jacob Julian :


tema dan genre beda??

Donatus A. Nugroho :


Beda, Jacob Julian. Genre adalah bentuk, suatu kategorisasi secara luas. Sedangkan tema lebih mengerucut. Tema A di genre B. Tema C di genre B. Dst.nya.
Kita bisa mengusung tema problem keluarga, misalnya, di genre misteri, di genre komedi, di genre romantis dll.

Jacob Julian :


jadi harus ada tema?? misal tentang PERTEMPURAN 2 ksatria memperebutkan tahta kerajaan...dan di dalam cerita cuma mengandalkan adegan pertempurannya lalu di menangkan oleh salah seorang lalu tamat....gimana?

Donatus A. Nugroho :


Tema ----> diusung ke genre.

Sumber : 

Sabtu, 24 September 2011

(Sengaja) Beropini - Sirkus Penulis #10

(SENGAJA) BER-OPINI

Kreatifitas (menulis) itu bersifat pribadi dan subyektif. Proses kreatif dan hasilnya pun sangat personal. Jadi tidak perlu cemas jika karya kita berbeda dengan yang lain. Malah seringkali pandangan penulis berbeda dengan apa yang diyakini orang pada umumnya.
Disinilah kelebihan penulis yang bisa dengan sengaja melahirkan OPINI. Lalu setelahnya juga siap untuk mempertanggungjawabkan apa yang ditulisnya.

Benar secara format (tulisan),  lalu siap berargumentasi. Karena seringkali tulisan tidak berhenti begitu saja setelah selesai ditulis/dibaca.


Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :

Topan Adi Al-Batawi :
Saya nyaris selalu beropini dalam tulisan saya. "Karena seringkali tulisan tidak berhenti begitu saja setelah selesai ditulis/dibaca." maksudnya apa ya, Suhu Donatus A. Nugroho yang keren?

Donatus A. Nugroho :
Beberapa tulisan menjadi punya banyak dimensi dan persepsi. Sudut pandang orang yang berbeda. Yang ringan menimbuklkan diskusi, yang berat jadi kontroversi. Tugas penulis untuk mempertanggungjawabkan kebenaran tulisannya.

Ocuz Wina S :
kalo kita buat cerita tentang artis misalnya, suka-suka kita juga kan ya, Uncle? Dan kalo jauh berbeda dengan yang diberitain sama infotainment juga gak pa-pa kan?

Donatus A. Nugroho :
gapapa, Ocuz.

Erva Desri Aryanti :
Yey! Om Donat muncul lagi, om. .om. . Mengungkapkan opini dgn baik itu gimana??
   
Donatus A. Nugroho ‎:
Erva Desri : Opini yang baik adalah opini yang bisa kita pertanggungjawabkan kebenarannya. Ada teori, dalil dan fakta yang mendukung.


Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO

Selasa, 20 September 2011

Karya Personal - Sirkus Penulis #9

KARYA PERSONAL (YANG JUJUR)

Karya sastra (utamanya fiksi) adalah karya yang personal. Dari 1 ide dan gagasan yang sama, akan lahir 100 kisah yang berbeda jika ditulis oleh 100 penulis. Perbedaan sudut pandang, citarasa dan intelektualitas menjadi faktor penting yang membedakannya. Kemiripan mungkin ada, tapi tidak akan pernah benar-benar sama!
(Sengaja) Mengambil tema dan gagasan orang lain adalah halal hukumnya. Dengan menjauhkan niat memplagiat, penulis hanya mengambil tema besar, saripati dari karya orang lain dan kemudian menulisnya dengan kacamata pribadinya.

"Penulis yang peka seringkali tak pernah menyelesaikan bacaannya, karena ia terburu-buru menuliskan ide yang ditangkapnya dari bacaan yang tengah ditekuninya." (DAN)


Oleh : Donatus A. Nugroho


Komentar :


Donatus A. Nugroho ‎:
Ketika Andrea Hirata melahirkan Laskas Pelangi, yakin, ia terinspirasi oleh karya-karya klasik era booming Balai Pustaka Dan Pustaka Jaya. Menjadi 'baru' setelah lama tak ada karya semacam itu. Lalu setelahnya banyak penulis masa kini mengikuti jejaknya menggarap tema yang sama. Hirata dan penulis-penulis itu ... halal.

Niken Suyanti :
bedanya dengan plagiat apa om Donatus A. Nugroho?

Donatus A. Nugroho ‎:
Plagiarisme:
Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri.
Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri.
Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri.
Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri.
Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya.
Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya.
Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Ernanto Pamungkas :
kasus Ahmad Dhani yang mencomot judul arjuna mencari cinta dan sayap-sayap patah apakah masuk dalam kategori plagiat...?

Donatus A. Nugroho ‎:
Ernanto Pamungkas: Banyak fiksi saya (juga non fiksi) dengan sengaja mengambil judul yang sudah populer. Tapi tak ada niatan sama sekali untuk plagiat. Syukurlah tak pernah bermasalah. Mungkin karena niatnya emang bukan memplagiat. Boleh jadi yang tahu persis soal plagiat dan bukan itu penulisnya sendiri.

Ernanto Pamungkas :
jadi tergantung niat penulisnya ya ...pak guru Donatus A. Nugroho ?
dulu kata guruku juga bilang kalo teks itu saling berelasi ..tumpang tindih dan kontradiksi....kadang saling menjelaskan dan memaknai..mengkritik dan menggelitik..apa sih maksudnya...kalo dalam cerita/karya fiksi khan jelas dari pengelihatan 1 penulis saja ya nggak pak guru..? tidak mungkin ada makna lain yang sliweran...bingung nih...?

Donatus A. Nugroho : ‎ 
Ernanto Pamungkas: penulis bisa mewakili khalayak dan atau pandangan umum juga. Ia boleh mengadopsi opini masyarakat.

Ernanto Pamungkas :
Boleh..? ga takut nanti pengarangnya di plot oleh golongan tertentu...

Donatus A. Nugroho :
Boleh dong, Ernanto Pamungkas. Dan itu sudah sering terjadi. Penulis menjadi corong bagi segolongan/kelompok tertentu, dan biasanya karyanya kemudian bersifat propaganda.

Wahyu Aafia Siddiqui :
oww...
jadi boleh ya, ngambil ide dari cerita yg pernah kita baca.
hm, ternyata menjadi penulis, terutama fiksi ntu menyenangkan ya.
tyus om Donatus A. Nugroho bener gak sih kalau fiksi punya kebenarannya sendiri. maksudnya gimana ya??

Donatus A. Nugroho :
Wahyu Aafia Siddiqui: waaaw ... rumit ya?
Saya menangkapnya bahwa di dalam fiksi, sengaja atau tidak sengaja, penulis menyampaikan gagasannya. Gagasannya menjadi benar dalam frame karya itu semata. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa kebenaran dalam fiksi adalah realita dari kebenaran di dunia nyata. Hukum, kaidah, moral dan value yang tertuang dalam karya fiksi tak jarang merupakan kebenaran yang tak terbantahkan.
Dan fiksi yang baik memang tak berhenti pada sebatas menjadi penghibur.

*sok pintar lo, Don!*
*plakkk!!*

Wahyu Aafia Siddiqui :
hm...
pelik!
seorang penulis, meskipun penulis fiksi tetap harus memiliki literatur ya??

Donatus A. Nugroho :
ya dan tidak, Wahyu Aafia Siddiqui. Penulis bisa hanya bermodalkan pengalaman batin. *ini sangat inspiratif*

Cem Acem :
tolak ukur bagus atau enggaknya gimana? bukannya itu sesuai selera ya?

Donatus A. Nugroho :
Betul juga, Cem Acem. Eh, tapi bagus itu ... bagus itu nilai. Kalo selera pasar bisa terjadi karena digiring dan kesepakatan. *bingung, plakk!*
Begini Cem Acem tempe Bacem Favorit Guweh:
Dalam BAGUS terkandung standar nilai-nilai.
Dalam LARIS nilainya cuma satu: kuantitas.

Cem Acem :
nah standar nilai-nilainya itu apa?

Donatus A. Nugroho :
Ke Cem Acem lagi:
Standar BAGUS tidak bisa hanya disematkan atas selera.
 

Sumber :

Senin, 19 September 2011

Memperluas Surroundings - Sirkus Penulis #8

MEMPERLUAS SURROUNDINGS

Bagi penulis, The Surroundings (lingkungan) tidak terbatas pada keadaan fisik yang ada di sekitarnya. Pengalaman batin, termasuk pengalaman masa lampau, adalah modal yang menjadikan penulis menjadi 'kaya'.

Penulis memperkaya pengalaman dirinya dengan pengamatan dan penilaian (sendiri atau orang lain). Membaca, menonton dan berdiskusi (atau sekedar mengobrol) hendaknya menjadi pilihan pertama ketika kita memiliki waktu luang. Membuat catatan amat penting, mengingat keterbatasan daya ingat manusia.

Jadi, meski penulis tidak bergerak dari ruang kerjanya, ia bisa berjumpalitan kesana-kemari, dengan banyak cara untuk memperluas lingkungannya. Melompat ke banyak dimensi, sesuai dengan kebutuhan tulisannya.

Dan itu semua dilakukannya dengan sengaja!


Oleh : Donatus A. Nugroho


Komentar :



Ernanto Pamungkas :
pangamatan seperti apa yang bisa kita lakukan karena lingkungan kita sangat terbatas ..Donatus A. Nugroho...dikantooorrr. terus...di jalannn terus..di rumah makan terus...


Kimmy Chan :
kantor itu kan tempat banyak orang. amatin aja tingkah orang2 sekitar, ato sekedar dengerin curhat ato gosip pasti bisa

Ceko Spy :
Mas, mungkin gak Penulis membuat dunianya sendiridengan tulisan genre fantasy tapi tanpa referensi lingkungan yang pernah ia lihat sebelumnya?

Donatus A. Nugroho :
Mungkin banget, bikin dunia sendiri, Ceko Spy.


Ceko Spy :
Tapi aku baca biografi J.K Rowling, dia bikin sekolah hogwart dan segala macam alat sihir termasuk kereta terbang karena ia mengadaptasi dari lingkungan yang ia lihat di sekitarnya.



Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO

Minggu, 18 September 2011

Baku vs Gaul - Sirkus Penulis #7

BAKU VS GAUL

Karya fiksi dewasa ini semakin beragam dan semakin bebas pula. Beberapa penulis berjumpalitan, memilih jalur bebas dan bermain gila dalam berbahasa. Trend dan kekinian menjadi acuan. Tentu tidak salah. Tapi seberapa lama karya dengan bahasa dan tulisan hancur akan dikenang?

Bahasa Gaul atau Slang adalah ragam bahasa tidak resmi, dan tidak baku yang sifatnya musiman. Sesuai sifat dasarnya, maka karya-karya yang terlalu banyak menggunakan bahasa slang pun tidak akan bertahan lama. Ia akan cepat menjadi usang, basi dan aneh ketika tertimpa oleh trend yang lebih gres.
Kenapa karya-karya klasik masih dibaca, dinikmati dan dipahami oleh generasi-generasi setelahnya? Karena bahasa baku tidak akan lekang oleh jaman.

Mau karya kita seumur jagung atau abadi?


Oleh : Donatus A. Nugroho

Komentar :


Donatus A. Nugroho :
Contoh dari pengalaman pribadi:
Beberapa karya saya yang pernah dimuat di media cetak beberapa tahun silam, ketika saya bukukan dan diterbitkan sekarang harus mengalami banyak perombakan, lebih kepada karena saya harus mengganti bahasa/istilah slang yang tidak lagi dipahami oleh generasi sekarang.

Contoh kecil: celetukan "Au ah gelap!" yang beberapa tahun silam sempat menjadi trend, akan membingungkan jika didengar generasi masa kini.
Karya Andrea Hirata masih asyik dibaca 20 tahun lagi, tapi buku-buku Raditya justru akan sangat kuno pada saat itu. Percaya?

Majalah Anita Cemerlang yang ketika itu setia pada bahasa baku dan terasa kuno jika dibandingkan majalah sejenis yang lain, kini justru dicari dan dijadikan referensi fiksi populer.  

Triani Retno A Full :
Nggak tau nih, Mas Donatus A. Nugroho, aku bener atau enggak. Bagiku, kalau mau menulis dengan bahasa gaul alias bahasa yang cair banget, justru harus lebih dahulu menguasai bahasa yang benar.

Ibarat mendirikan bangunan, kalau pondasinya kuat, bangunannya akan lebih kokoh.
Kalau dasar berbahasanya udah benar, akan lebih gampang menulis, pun ketika menulis dengan bahasa gaul.
 

Zya Verani :
Dalam narasi sudah pasti menggunakan bahasa baku, dalam dialog apa boleh menggunakan bahasa tidak baku/gaul? karena tulisan terlanjur untuk segmen remaja...

Erva Desri Aryanti :
Bahasa baku lebih enak digunakan dalam karya fiksi apalagi non-fiksi. Tapi om biasanya yang aku baca di majalah dan novel sekarang kebanyakan pake bahasa gaul, dengan alasan akan mudah dipahami. Ini bener ga om?

Tha Yr :
menurut saya sih bahasa baku juga bisa dibuat asik kok... sering baca di majalah story, bahasa yang baku malah jauh lebih enak dibaca daripada bahasa gaul. Lebih mengalir dan mudah dipahami karena satu pemahaman

Anèy Maysarah :
Kalo aku malah bingung sama bahasa gaul dalam beberapa cerpen di majalah remaja.Padahal aku ga tua-tua amat.Tapi sedikitnya ada pengetahuan baru:bahasa gaul.Biar ga bego kalo diajakin ngobrol sama remaja sekarang.Bukan begitu Em?? :)

Anèy Maysarah :
Tha Yr:Kamu jempolin aku.Kamu lebih suka bahasa baku.Apakah kamu se-tua aku?(baru 25tahun inih)Hihihihi

Tha Yr ‎:
Anèy Maysarah: lima taun lebih muda dari mbak... hehehe. Saya suka bingung sama bahasa gaul yg ada di cerpen (bahkan sampai sekarang kalau kita baca cerpen2 di majalah2 tertentu yang masih full bahasa gaul bahkan di narasinya juga. hadoh doh... saya harus mikir ekstra buat memahaminya)

Donatus A. Nugroho :
Tha Yr: setuju. Tapi 'umurnya pendek'.
Betul dan wajar. Bahasa gaul punya keterbatasan segment, Anèy Maysarah.

Anèy Maysarah :
Jadi kau sebut aku ini TUA gitu, aki Donatus A. Nugroho??
Tidaaaaak (tarik yang lebih tua lagi.Tante Triani Retno A Full)
 

Donatus A. Nugroho :
Anèy Maysarah: Maksud saya soal keterbatan segment bukan cuma usia, tapi juga lingkungan sosial, strata sosial dll. Slang jauh lebih berkembang dan update di lingkungan metropolis.

Citra Widayanti :
Kalau percakapannya, harus bakukah, Om?

Donatus A. Nugroho :

Citra Widayanti: dalam perkembangannya sekarang emang boleh menulis hancur dan diterbitkan. Contohnya banyak, dan juga sukses. Tapi kita lagi membicarakan soal ... bahwa bahasa slang atau karya dengan bahasa slang, akan berumur pendek dan tidak seabadi karya dengan bahasa baku. Komen-komenku di atas menunjukkan contohnya.


Untuk percakapan sudah sering kita bahas, boleh dengan bahasa yang cair, supaya lebih riil dan segar. Tapi saranku, janganlah terlalu banyak slang-nya.
Citra Widayanti :


Kalau komedi, Om?
Donatus A. Nugroho :


Sama aja, Citra Widayanti. Lucu itu tidak harus hancur. Tidak harus slang. Slang di dalam komedi seharusnya hanya sebagai bumbu penyedap, bukan bahan baku.

Sumber :