Rabu, 01 Februari 2012

Kaya Kosakata - Sirkus Penulis #28

KAYA KOSAKATA


Keluhan yang cukup sering diungkapkan oleh penulis pemula adalah: “Tulisan saya begitu-begitu saja. Tulisan kemarin rasanya sama dengan tulisan hari ini. Saya tidak mahir berkata-kata.”

Masalah di atas terjadi karena minimnya kosakata (perbendaharaan kata, vocabulary) yang dimiliki oleh penulis yang berakibat pada kesulitan dan kecanggungan ketika penulis hendak menyusun kalimat baru. Hasilnya adalah kalimat yang begitu-begitu saja, mengulang-ulang dan tidak bervariasi. Seorang penulis dituntut untuk mampu melakukan sirkus mengolah dan mengembangkan kata-kata. Tidak berlebihan jika kosakata seseorang (penulis) secara umum dianggap dapat menggambarkann intelejensia, wawasan dan tingkat pendidikannya.

Di sekolah siswa sudah diajarkan mengenai kosakata untuk menolong siswa mengetahui perbedaan dan persamaan, misalnya. Dalam kehidupan sehari-hari penulis bisa memperkaya perbendaharaan katanya dengan membaca, menonton dan mendengarkan. Ketiga hal di atas akan efektif jika diakhiri dengan mencatat. Sangat disayangkan ketika penulis tidak membiasakan diri dengan mencatat dan hanya mengandalkan ingatan. Padahal kegiatan mencatat selain untuk mempermudah menemukan kembali adalah juga (tanpa sadar) mematrikan apa yang ditulis ke dalam ingatan. Pelajari juga kata serapan, yaitu kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan untuk memperkaya kosakata.

Contoh sederhana kaya kosakata:

Seringkali aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.
Kerapkali aku tidak paham dengan apa yang diutarakannya.
Acapkali aku bingung, tak tahu apa maksud perkataannya.



Oleh : Donatus A. Nugroho


Komentar :

Perbanyak membaca untuk memperkaya kosa kata!!
Sama dengan diksi, ya?
Donatus A. Nugroho ‎:

Ayarumy Karisma II, beda dong. Kosakata, diksi, majas, 3 hal yang berbeda.
kosakata itu perpustakaannya ya, Om? kalo diksi itu bukunya yang kita pilih. kalo majas, buku yang istimewa.
mungkin gitu. hehehe
Donatus A. Nugroho ‎:
Gunakan kata lain yang sama arti, Pilo Poly Cendolers. Kau bisa mengganti 'tiba-tiba' dengan 'mendadak sontak' atau 'sekonyong-konyong'. (contoh)
Kalo diksi yang kayak gimana, Pak?
*padahal sering nyebutin :b
Kosakata : perbendaharaan kata
Diksi : pemilihan kalimat
Majas : gaya bahasa
Hauhauhauhau xDD *kaboooor
pak suhu..semua perlu latihan....bisa sharing juga pak Suhu Donatus A. Nugroho....apa latian yang bisa saya lakukan untuk mengasah dan mengayakan kosa kata...
Donatus A. Nugroho ‎:
Cak Ernanto Pamungkas, bisa melatih dengan mengambil satu paragraf dan menuliskannya kembali dengan kalimat dan kata yang berbeda tanpa mengubah isinya. Tuh, di atas ada contoh mengubah variasi kalimat.
Donatus A. Nugroho ‎:
Diksi itu PILIHAN KATA, kosakata itu PERBENDAHARAAN KATA. Biar Suhe Herman yang menjelaskan.
Om, cara cepat mengerti diksi gimana? T.T
Donatus A. Nugroho ‎:
Diksi itu gak harus dipaksa, Citra Widayanti. itu menyangkut citarasa personal. menulislah maka nanti kamu akan menemukan sendiri.
Latihan kosakata bisakah didapat dari banyak membaca atau mempelajari kamus Om Donatus A. Nugroho?
Donatus A. Nugroho ‎:
Kamus bisa, tapi tidak terlalu menolong, kecuali kita mencari artinya. membaca, menonton dan mendengar jauh lebih efektif.
hmmm..baik! aku tahu logikanya....kosakata sifatnya general...kalo diksi sifatnya personal......tapi aku masih belum mengerti tentang majas....
Donatus A. Nugroho ‎:
Kalo kita ikuti analogimu, Fikry Al-Fatih, kosakata itu bahan, diksi itu bumbu penyedap.
Wina Amora K ‎:
Kadangkala / kadang kala ?
Donatus A. Nugroho ‎:

Wina Amora K: kadangkala. Coba cek, mungkin saya juga salah. Bukannya itu kata majemuk? *plak!*
Bukan Om...
aku mikirnya diksi itu masakan yang di sajikan dari berbagai bahan (kosakata)...
Bukaaaaaaan, Fikry Al-Fatih. Kamu bisa memasak dan menghidangkan masakan tanpa BUMBU. kamu bisa menulis tanpa diksi.
Mengkalkulasi --> mengestimasi --> merekonsiliasikan = memperkirakan

  1. Saya tidak bisa memperkirakan kerugian kita, dan apakah kita sanggup mendapat ganti rugi dari pihak asuransi. 
  2. Saya tak sanggup mengkalkulasi kerugian ini, dan tak yakin dengan kompensasi yang akan kita dapat dari pihak asuransi. 
  3. Saya kesulitan merekonsiliasi kerugian ini, dan pesimis dengan pembayaran kembali yang akan kita terima kelak.
Cara asyik mencari kosakata : manfaatkan dengan cerdas fasilitas Thesaurus (Shift+F7) pada Microsoft Word. Banyak kosakata dalam bahasa asing yang dengan cepat mengganti kosakata yang itu-itu saja.
*efek pernah kerja di pengetikan*

jadi Om Donatus A. Nugroho
*makin galau
kalau maksudnya nonton untuk cari kosakata baru, malah nggak dapat gitu ya? Terus gimana dong?
*mau nangis
Donatus A. Nugroho ‎:
Gampangnya begini, Akarui Cha. Ketika kamu merasa bosan dengan satu kata atau kalimat, segera cari padanannya. Tuliskan padanannya itu. Jangan galau. Sekarang mungkin masih harus mikir, tapi pada saatnya nanti itu akan berjalan otomatis dan mengalir. *sangat yakin*
Masalah kata-katanya dengan ejaan...
Contoh-
''Bu, kita teruskan perjalanan?''.

Masalah ejaannya. Gimana yang bagus?.
Donatus A. Nugroho ‎:
Bukan yang bagus, tapi yang benar kalau urusan seperti itu, Nasta'in Achmad. Pada contohmu salah, karena titik di belakang " itu tidak perlu. Hayo, ngaku ... kamu jarang membaca, kan? Atau membaca tapi tidak memperhatikan?
Untuk memperkaya kosakata, jangan pernah bosan membaca. Coba bermain-main dengan sinonim maupun antonim, insyaAllah akan menambah kosakata
    
                  

Sumber :

Mengawali dengan Impresi - Sirkus Penulis #27

MENGAWALI DENGAN IMPRESI

Fiksi klasik biasanya dimulai dengan pembukaan seperlunya, pengenalan karakter, pemaparan konflik dan diakhiri dengan resolusi. Sesekali singkirkan struktur kuno itu. Sirkus Penulis menawarkan teknik lain yaitu membuat impresi di awal kisah. Konflik disodorkan sebagai pembuka dengan tujuan agar pikiran pembaca langsung terteror.

Pembaca tidak punya pilihan lain kecuali merasa tergesa untuk segera menuntaskan masalah yang tiba-tiba dihadapinya.

Sementara itu penggambaran karakter tokoh-tokoh, setting dan sebagainya disajikan secara bertahap dan disebarkan pada bagian selanjutnya.

Cobalah membuat tekanan sejak kalimat pembuka. Buanglah “Pada suatu hari ...” dan gantilah dengan “Tiba-tiba ...”


Oleh : Donatus A. Nugroho
Komentar :
Keduanya adalah pilihan, khan Om? Dimana kebosanan pembaca yang mungkin harus dihindari...
Donatus A. Nugroho ‎:
Betul, variasi.
Nanya: Sirkus Penulis. Aku masih bingung maksud dari kegiatan sirkus penulis ini bagaimana (anak baru) mohon penjelasannya.
Donatus A. Nugroho ‎:

Narnie January: Sirkus Penulis adalah tips dan trik menulis fiksi, ditujukan terutama untuk penulis pemula dan mereka yang ingin menjadi pengarang. Saya mencoba mengetengahkan sedikit teori (yang bikin pusing) dan lebih banyak membagi pengalaman menulis saja. Sebagian materi dari Sirkus Penulis berangkat dari keluhan dan masalah yang sering dihadapi oleh penulis pemula ketika melakukan proses kreatif menulis.
Tapi ini kadang kalau eksekusinya kurang smooothh. . .malah jadi nggak asik. Ya nggak om don? <--- pengalaman.
Donatus A. Nugroho ‎:

Enya Rima R: semua akan teratasi dengan pengulangan-pengulangan. Menulis dan menulis lagi.
Aku lagi ngerasa bodoh mulai nulis dari konflik, karena cerita akan mudah ditebak...... Gimana, ya Om Donat?
Donatus A. Nugroho ‎:
Tidak, Hasti Rahmansyah. Konflik, bukan solusi.
Tapi mulai dari konflik, solusinya akan mudah ditebak Om.. Aku sering ngerasa kejebak sendiri kalo nulis begitu...... *salto
Sebenarnya sih, Impresi itu seolah membuat pembaca langsung diikat agar mengikuti kisah... Biasanya kalau memang mau impresi, bagus gunakan sistem flash back. Tahu-tahu ada sebuah konflik, dan dimundurin agar tahu kejadian konfliknya gimana...
*sangat sering digunakan dalam film..
Lah, mainkan flash back dong....
Misalnya,
Hujan tembakan membuatku harus tetap berada di sini. di dalam bak sampah untuk sembunyi agar tidak ada satu pun peluru mendarat di tubuhku, apa lagi jantungku. Ugh.., sial, kenapa ini terjadi padaku... Kenapa aku telibat? Aku kan cuma pejalan kaki yang numpang lewat...
5 jam sebelum kejadian (Di sini paparkan gimana sih kejadian itu terjadi...)
Hooo iya sih *plak* jadi pake alur maju-mundur-maju-mundur, ya? *plak lagi*
bener Kimmy, kita kan bisa mainkan setting waktunya
Alur maju mundur :D
Donatus A. Nugroho ‎:
Tidak harus maju-mundur. Alur maju saja juga bisa.
Donatus A. Nugroho ‎:
Jika sudah mahir, resolusi/solusi pun bisa dlletakkan pada awal cerita.
Mas DAN, mungkin ada contoh sebuah fiksi yg bisa dirujuk dng pendekatan impresi ini?
Donatus A. Nugroho ‎:
Indriastuti: di Antologi Dua Sisi Susi.
Aku susah banget kalau bikin pembuka cerpen yang bagus. Selain itu kadang sering memakai kata lalu, kemudian, setelah itu, selanjutnya... Apakah semua itu bisa membuat cerpennya jelek?
Donatus A. Nugroho ‎:
Inayah: hehehe ... kita bahas kesuLitanmu di sirkus berikutnya. Itu urusan memperkaya kosakata.                   
Makin banyak yang comment makin ngerti saya. Makasih penjelasannya Om DAN. Sudah pernah nyoba pakai cara seperti ini tapi kendalanya kalau sudah sampai di tengah2 cerita yang baca mulai bosan. Bagaimana caranya supaya tetap "menggigit" seperti di awal.
Donatus A. Nugroho ‎:
Narnie: Bikin outline. Gali SP yang lalu.
‎@om Don: sekali lagi terimakasih. Outline itu pengembangan dari alur atau kejadian-kejadian yang bisa dijadikan rambu-rambu supaya cerita tidak kemana-mana?
Donatus A. Nugroho ‎:
Udah dikasih contoh oleh Zen Horakti   
Sumber :