Rabu, 01 Februari 2012

Mengawali dengan Impresi - Sirkus Penulis #27

MENGAWALI DENGAN IMPRESI

Fiksi klasik biasanya dimulai dengan pembukaan seperlunya, pengenalan karakter, pemaparan konflik dan diakhiri dengan resolusi. Sesekali singkirkan struktur kuno itu. Sirkus Penulis menawarkan teknik lain yaitu membuat impresi di awal kisah. Konflik disodorkan sebagai pembuka dengan tujuan agar pikiran pembaca langsung terteror.

Pembaca tidak punya pilihan lain kecuali merasa tergesa untuk segera menuntaskan masalah yang tiba-tiba dihadapinya.

Sementara itu penggambaran karakter tokoh-tokoh, setting dan sebagainya disajikan secara bertahap dan disebarkan pada bagian selanjutnya.

Cobalah membuat tekanan sejak kalimat pembuka. Buanglah “Pada suatu hari ...” dan gantilah dengan “Tiba-tiba ...”


Oleh : Donatus A. Nugroho
Komentar :
Keduanya adalah pilihan, khan Om? Dimana kebosanan pembaca yang mungkin harus dihindari...
Donatus A. Nugroho ‎:
Betul, variasi.
Nanya: Sirkus Penulis. Aku masih bingung maksud dari kegiatan sirkus penulis ini bagaimana (anak baru) mohon penjelasannya.
Donatus A. Nugroho ‎:

Narnie January: Sirkus Penulis adalah tips dan trik menulis fiksi, ditujukan terutama untuk penulis pemula dan mereka yang ingin menjadi pengarang. Saya mencoba mengetengahkan sedikit teori (yang bikin pusing) dan lebih banyak membagi pengalaman menulis saja. Sebagian materi dari Sirkus Penulis berangkat dari keluhan dan masalah yang sering dihadapi oleh penulis pemula ketika melakukan proses kreatif menulis.
Tapi ini kadang kalau eksekusinya kurang smooothh. . .malah jadi nggak asik. Ya nggak om don? <--- pengalaman.
Donatus A. Nugroho ‎:

Enya Rima R: semua akan teratasi dengan pengulangan-pengulangan. Menulis dan menulis lagi.
Aku lagi ngerasa bodoh mulai nulis dari konflik, karena cerita akan mudah ditebak...... Gimana, ya Om Donat?
Donatus A. Nugroho ‎:
Tidak, Hasti Rahmansyah. Konflik, bukan solusi.
Tapi mulai dari konflik, solusinya akan mudah ditebak Om.. Aku sering ngerasa kejebak sendiri kalo nulis begitu...... *salto
Sebenarnya sih, Impresi itu seolah membuat pembaca langsung diikat agar mengikuti kisah... Biasanya kalau memang mau impresi, bagus gunakan sistem flash back. Tahu-tahu ada sebuah konflik, dan dimundurin agar tahu kejadian konfliknya gimana...
*sangat sering digunakan dalam film..
Lah, mainkan flash back dong....
Misalnya,
Hujan tembakan membuatku harus tetap berada di sini. di dalam bak sampah untuk sembunyi agar tidak ada satu pun peluru mendarat di tubuhku, apa lagi jantungku. Ugh.., sial, kenapa ini terjadi padaku... Kenapa aku telibat? Aku kan cuma pejalan kaki yang numpang lewat...
5 jam sebelum kejadian (Di sini paparkan gimana sih kejadian itu terjadi...)
Hooo iya sih *plak* jadi pake alur maju-mundur-maju-mundur, ya? *plak lagi*
bener Kimmy, kita kan bisa mainkan setting waktunya
Alur maju mundur :D
Donatus A. Nugroho ‎:
Tidak harus maju-mundur. Alur maju saja juga bisa.
Donatus A. Nugroho ‎:
Jika sudah mahir, resolusi/solusi pun bisa dlletakkan pada awal cerita.
Mas DAN, mungkin ada contoh sebuah fiksi yg bisa dirujuk dng pendekatan impresi ini?
Donatus A. Nugroho ‎:
Indriastuti: di Antologi Dua Sisi Susi.
Aku susah banget kalau bikin pembuka cerpen yang bagus. Selain itu kadang sering memakai kata lalu, kemudian, setelah itu, selanjutnya... Apakah semua itu bisa membuat cerpennya jelek?
Donatus A. Nugroho ‎:
Inayah: hehehe ... kita bahas kesuLitanmu di sirkus berikutnya. Itu urusan memperkaya kosakata.                   
Makin banyak yang comment makin ngerti saya. Makasih penjelasannya Om DAN. Sudah pernah nyoba pakai cara seperti ini tapi kendalanya kalau sudah sampai di tengah2 cerita yang baca mulai bosan. Bagaimana caranya supaya tetap "menggigit" seperti di awal.
Donatus A. Nugroho ‎:
Narnie: Bikin outline. Gali SP yang lalu.
‎@om Don: sekali lagi terimakasih. Outline itu pengembangan dari alur atau kejadian-kejadian yang bisa dijadikan rambu-rambu supaya cerita tidak kemana-mana?
Donatus A. Nugroho ‎:
Udah dikasih contoh oleh Zen Horakti   
Sumber :

0 komen: