Selasa, 31 Januari 2012

Menuliskan Galau Tanpa Malu - Sirkus Penulis #26

MENULISKAN GALAU TANPA MALU
(Tentang Katarsis)



Sebuah Quote : Menulislah dan jangan bunuh diri.

Saya selalu menganjurkan agar penulis selalu gelisah supaya tulisannya mengalir dan memiliki jiwa. Selanjutnya adalah ajakan untuk segera menulis ketika kita tengah mengalami kegalauan kecil atau besar.

Meluapkan emosi ke dalam tulisan terbukti digunakan oleh para ahli ilmu jiwa untuk mengatasi gangguan psikis, termasuk di dalamnya adalah menyalurkan emosi negatif. Emosi (baik dan buruk) butuh disalurkan, dan bagi penulis, ini adalah modal untuk melahirkan satu atau beberapa tulisan sekaligus. Proses yang disengaja inilah yang disebut sebagai katarsis, yaitu upaya "penyucian", "pembersihan", dan pelepasan diri dari ketegangan perasaan. Yang merasa gagal bisa menuliskan keberhasilan, yang kecewa bisa menuliskan tercapainya harapan dan cita-cita. Lewat tulisan keinginan dan mimpi bisa dituangkan. Kegalauan dan kemarahan memiliki saluran sehingga tidak tersumbat menjadi gangguan jiwa. Bahkan lewat tulisan kita bisa menasehati dan menuntun diri sendiri kepada solusi yang benar. Ingat bahwa tulisan memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan kebenaran.

Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Emosi mereda, karya tersedia.

Jika galau jangan bunuh diri, tapi menulislah. Tuangkan perasaan marah, sedih, sakit, takut, frustasi, pada fiksimu. Luapkan semua hal yang ingin kamu sampaikan tanpa perlu takut dicela dan dipermalukan.

Caranya sangat mudah: lakukan akrobatik sederhana, ubah semua tokoh di dalamnya, termasuk dirimu sendiri (jika memakai POV 1) sehingga semua jadi tersamarkan. Jika masih ragu mulailah mengawali tulisan dengan: “Aku ingin berterus-terang ....”

Jika kemarin kamu masih ragu dan malu, kini saatnya untuk memanfaatkan galaumu. Selamat galau dan mencoba.
Oleh : Donatus A. Nugroho
Komentar :
maksud kesengajaan apa ya. Suker Donatus A. Nugroho?....*bingung tingkat tinggi
Dengan kesengajaan dan harus segera, Kak A. Kalau galaunya hari ini dan menuliskan kegalauannya beberapa hari kemudian, feel-nya nggak dapat.
Donatus A. Nugroho ‎:
Sengaja, tidak asal, bukan sekedar main embat tapi menjadikan galau sebagai modal dasar saja, selanjutnya terserah anda .... :
Donatus A. Nugroho ‎:
Betul Kak Zahra A. Harris. Jangan sampai emosinya jadi menurun karena tertunda.
Donatus A. Nugroho ‎:
Keluhan ketika 'menulis curhat' adalah malu. Di atas ada cara sederhana untuk mengatasi itu.
Om DAN, kalau lagi marah kita tuangka ke tulisan, gak akan mempengaruhi ke-objektif-an kita kan ya?
Donatus A. Nugroho :

Nggak apa-apa, Siti Barkah, selama pada akhirnya kita kembali ke koridor kebenaran dan kelayakan. <--- tanggung jawab moral penulis.
Oke, oke om Batman..
Aku pernah denger didunia sastra gak ada egois yang ada idealis, apa itu termasuk kita bebas memperlakukan tokoh cerita kita sesuai sudut pandang kita (Sedikit gak objektif)?
Donatus A. Nugroho ‎:
Tentu saja. Mana ada penulis fiksi yang benar-benar obyektif.
Sisi positif dari galau, marah, dan luapan emosi..
Ketika marah, sedih, terluka lebih baik saya diam, masuk kamar, buka buku, menulis. Itu cara jitu meredakan emosi bagi saya, apalagi sampai nangis-nangis (lebay dikit ah)... ^^
*Terimakasih om Don, sangat bermanfaat..
POV itu apa Om DAN?
Nelvianti Virgo: POV itu Poin Of View atau sudut pandang.. *jelasin diam-diam           
Sumber :

0 komen: