Jumat, 16 November 2012

liburan bareng keluarga

at amanzi Palembang

Jumat, 10 Agustus 2012

Inspirasi Literatur Luar - Jumat Cendol


Ketika Kemsasnas di Cikole, saya diminta para Suker berbicara sebentar. Saya berbicara di depan teman-teman yang sedang makan siang, menjelang pulang, dengan latar belakang spanduk besar yang ada tulisan motto: OUT OF THE BOX. Jujur, saya sebenarnya tidak terlalu faham arti motto itu.

Dalam pembicaraan tanpa mike itu antara lain saya mengatakan, 5 ribu Pramuka berkemah itu biasa. Tapi 100 lebih penulis berkemah, itu luar biasa. Karena mereka akan melahirkan ratusan, bahkan mungkin ribuan buku, yang akan dibaca jutaan orang. Nama dan pemikiran mereka akan tercatat dalam peradaban. Verba polant, scripta manent, kata pepatah Latin. Kata-kata akan hilang, tapi yang tertulis akan tetap tinggal. Teman-teman penulis akan menjadi pahlawan sastra, pahlawan bahasa, yang berarti juga pahlawan budaya.
Agar impian itu bisa tercapai, pertama, teman-teman harus punya dan terus memelihara antuasiasme. Kedua, adalah determinasi. Kalau yang dua itu sudah ada, apa saja mungkin terjadi. Ya, menurut saya, dalam bidang kreatif apa saja, yang dua itu jadi kunci utama. Umar Kayam pun menyebut begitu dalam buku Proses Kreatif II.
Untuk memelihara antuasiasme dan determinasi itu, penulis antara lain, selain terus menulis tentunya, harus membaca sebanyak mungkin. Baca karya penulis dalam negeri maupun sastrawan luar. Karya lama, maupun karya baru. Karena bacaan-bacaan itu akan memperkaya apresiasi. Menjadi sumber inspirasi. Mendorong kita GET OUT OF THE BOX. Tidak terpaku pada karya terbatas.
Saya pribadi tidak punya penulis luar idola atau pujaan. Saya menyukai dan mengagumi banyak penulis karena ciri khas dan kelebihan karya masing-masing. Saya menyukai karya-karya Ernest, Hemingway, Pemenang Nobel Sastra 1954, karena dramatik dan ketegasan bahasanya. Saya menyukai kesederhaan dan keluguan karya-karya Rudyard Kipling, Pemenang Nobel Sastra 1907. Tahu kan "Jungle Book"? Dalam konteks cerita populer, saya mengagumi kehebatan Sidney Sheldon dalam menciptakan karakter. Contohnya dalam The Other Side of Midnight. Dan banyak lagi yang lain.
Nah, teman-teman suka penulis luar yang mana? Dan karena (unsur) apa? Ayo, kita sharing.

Salam,

Oleh : Nestor Rico Tambunan
 
Komentar :
 
Hadiir. Aku suka penulis luar itu Sidney Sheldon dengan gaya bahasanya yang susah ditebak ending dan biasanya diakhir cerita dibuat menggantung, JK Rowling yang sukses menuangkan fantasi begitu menakjubkan dan penulis Twilight.
 
Donatus A. Nugroho ‎:
TANYA: Sejauh mana karya orang lain (penulis luar) mampu mempengaruhi karya Bang NRT? Adakah yang kemudian dijadikan panutan?

Nah, itu Donatus A. Nugroho bawa buku Karl May. Cerita dong, kenapa suka cerita-cerita petualangan Karl May? Apanya yang mempesona? Serasa ikut bertualang ya...?
 
Donatus A. Nugroho ‎:
Saya mengenal Amerika melalui petualangan Winetou dan Old Shaterhand, bukan dari guru saya di sekolah. :D
 
Donatus A. Nugroho... mungkin saja ada yang membuatnya panutan? Tapi panutan dalam hal apa? Menurut saya, buat seorang penulis literasi luar itu bukan untuk panutan. Tapi mempelajari unsur-unsur, misalnya gaya pengungkapan, penokohon, dan sebagainya yang kita sering kita bicarakan itu. Seperti Sidney Sheldon membuat karakter tokoh-tokoh dalam The Other Side of Midnight itu... edan! Noelle Page itu, selain cantik, berani, kejam... wah, digital! Tapi dalam konteks karya-karya pemenang Nobel, saya banyak memahami menuangkan kondisi sosial-budaya-politik setempat ke dalam karya sastra. Contohnya karya-karya pengarang Rusia dalam kekejaman pemerintah otoriter...
 
INSPIRASI LITERATUR LUAR. Tema yang sangat menarik. Selain The Other Side Of Midnight di mana ceritanya lekat di ingatan, novel paling spektakuler mengubah mimpi adalah The Street Lawyer -John Grisham. Terinspirasi dari TSL, aku terobsesi memiliki Shelter (Rumah singgah untuk kaum dhuafa). Makasih, Bang NRT. ^^
 
Dasmawati Maxwell Kuhnel... hah, sama-sama suka TOSM ya. John Grisham penulis yang memikat dalam menggambarkan konflik kehidupan (Amerika) modern. Kira-kira bagaimana kita menggambarkan goreng-menggoreng saham di Bursa Efek Jakarta?
 
Entah sudah berapa lama aku membacanya. Namun, imaji yang ditawarkan Novel Rumah Perawan karya Kawabata masih tetap membekas di benakku Opung Nestor Rico Tambunan. Dan, seperti biasa, buku itu lenyap entah dibawa siapa
 
Farick Ziat...Yasunari Kawabata, salah seorang dari 4 orang Asia pemenang Hadiah Nobel Sastra. Saya kebetulan baru membaca "Seribu Burung Bangau". Ceritanya berirama lamban, seperti acara minum teh, tapi merasuk dalam ke perasaan... Khas penulis Jepang. 
 
Tanya : ada nggak satu penulis luar, yang begitu menginspirasi sampai terkadang tergoda menggunakan gaya menulisnya, opung Nestor.
 
Kasma Maret... iya, imajinasi JK Rowling tentang dunia sulap itu luar biasa. Menciptakan sesuatu, lengkap dengan istilah-istilahnya, dari tiada sehingga dianggap ada...

Iya, Opung. JK Rowling sukses menyihir pembaca dengan seluk beluk yang begitu detail. Aku lebih senang membaca buku JK Rowling dibanding dengan menonton film adaptasi dari novelnya itu.
 
Kasma Maret... nggak ada yang mempengaruhi. Kadang terpikir mencoba satu gaya... tapi ketika menulis, tetap saja gaya Nestor seperti yang dibaca orang itu.
 
Donatus A. Nugroho ‎:
SHARE: Bagi penggemar karya John Grisham, "Ford County" wajib dijadikan koleksi. Ini bukan novel, melainkan KUMPULAN CERPEN.
  
saya suka Wandeuk karangan Kim Ryeong-Ryeo, gaya bahasanya cuek dan ceritanya bagus. Suka sama J.K Rowling juga xD selain itu kalau sastrawan jaman dulu saya suka Edgar Allan Poe...dari beliaulah saya terinspirasi menulis cerita Susi :)
 
Kimmy Chan... Edgar Allan Poe salah seorang tokoh penulis sekaligus kritikus cerpen terkemuka di dunia.
 
TANYA:
Opung Nestor Rico Tambunan, maaf ... apa pendapat Opung tentang Sastra Timur. Orang suka 'wow' dengan sastra barat, padahal sastra timur, bahkan yang se-pop MUSASHI ( Eiji Yoshikawa) sangat-sangat menggetarkan.
Terima kasih.
^_^
 
Bintang Kirana... penulis timur banyak yang memikat. Sayang, arus kapitalis membuat penerbit di indonesia lebih suka terjemahkan karya penulis barat. Cerpen-cerpen dari Thailand dan India sangat menggetarkan saya. Saya baru membaca "Gunung Jiwa" karya Xin Jiao, pemenang Nobel tahun 2000 dari Cina. Novelnya tebal, gaya bahasanya unik. Cerita Jepang juga punya ciri khas yang unik...
 
Bagusnya teman-teman ceritalah daya pikat, kelebihan dari pengarang yang disebut, jadi kita bisa sama-sama belajar. Mungkin jadi tertarik membaca. Jujur, saya tidak punya referensi soal penulis Korea.

Hasudungan Rudy Yanto Sitohang ‎:
Setuju, saya suka beberapa penulis luar terutama penulis klasik dan para peraih nobel. Menurut saya, para penulis itu berhasil memasukkan pesan dan nilai dalam cerita itu dengan memukau, hingga karya-karya itu tetap dibaca banyak orang, dicetak ulang dan diperbincangkan secara serius hingga kini. Saya juga suka penulis luar yang mengusung tema-tema konspirasi, politik, dan perlawanan rakyat, makanya saya suka baca karya-karya Mario Puzo (Italia),Tom Clancy (Amerika) dan Penulis asal Amerika latin.
TANYA: Bang Nestor Rico Tambunan, seperti apa pengalaman abang dan bagaimana upaya mendapatkan "determinasi" dalam menulis serta menjaganya bertahun-tahun ... ^_^
 
Hasudungan Rudy Yanto Sitohang... menjaga determinasi? Saya kira kecintaan. Saya mencintai dunia ini, ada uang atau tidak dari sini... saya suka membaca buku, saya mencintai buku, dan itu membuat saya merasa... tidak ada yang lebih saya cintai selain dunia ini.

Hasudungan Rudy Yanto Sitohang ‎:
... tapi ketika saya berusaha tabah, akhirnya saya menemukan kelebihan karya tersebut. (Nestor Rico Tambunan) -->> catat
 
Ha-ha-ha... itu namanya mencintai bacaan dengan kerendahan hati bangbro Hasudungan Rudy Yanto Sitohang. Dengan sikap itu kita menghargai karya semua orang. Juga tidak merasa jadi penulis paling keren. Menulis dan membaca dengan Kerendahan hari...!

Hasudungan Rudy Yanto Sitohang ‎:
weww..cinta..lagi-lagi cinta...sungguh dasyat kata itu ya bang hehehe. Tapi saya masih belum puas bang, kalau ada waktu nantinya setelah menjawab pertanyaan para cendolers, saya mohon abang cerita lebih panjang, lebih detail soal itu di akhir kelas, ini permintaan khusus heheheh ... *ikut menyimak pertanyaan dan jawaban di kelas ini*
 
Saya juga kagum sama kepiawaian Sidney Sheldon dalam membuat suatu karakter. Buku-buku Sidney mempengaruhi masa remaja saya, bang Opung..makanya, satu hal yang sangat saya perhatikan dalam tulisan saya adalah: kekuatan karakter.
 
Rainif Venesa ‎:
Tanya : Antusiasme saja saya rasa tidak cukup, perlu juga ada determinasi. Bagaimana cara menumbuhkan sifat determinasi pada diri penulis pemula yang sering dihinggapi rasa malas?
 
Rainif Venesa... makanya, dua-duanya harus bergandengan. Kalau nggak ada antusiasme pada dunia tulis menulis, lewat deh itu... nggak pengen. Kadar antusiasme memang harus tinggi, dan terus-menerus, sehingga mendorong determinasi itu. Gabungan antusiasme dan derminasi itu akan melahirkan "ambisi yang terus menerus". Dan menurut Thomas Alva Edison, salah seorang penemu terkemuka abad XX, itulah yang disebut: BAKAT!
 
Aku TANYA yah: bang Opung, kalau menurut Opung, buku-buku indonesia itu apakah lebih baik karya nya di bandingkan dengan karya orang luar negeri..!??
 
dipertimbangkan Glory Maria...
 
@kak nimas: ohh.. Makasih yah atas jawabannya:) tetapi menurut kakak, yang lebih kreatif yang mana..?? Orang Indonesia, atau Luar negeri yah..?? 

Glory Maria... kalau nggak salah Torey Hayden banyak menulis dari kisah nyata ya?
 
@opung nestor:wiss.. Bener banget tuh opung.. Kisah nya itu bener2 bagus kalau menurut aku.. DIJAMIN KETAGIHAN.. Aku mampu baca 628 halamannya saking serunya lohh.. Bagus bangettt..

Tanya: Opung, kira-kira apa pengaruh positif dan negatif karya penulis luar bagi penulis dalam negeri, ya? ._.
 
Citra Widayanti... kenapa ada positif negatif? Karya sastra itu kan pada akhirnya soal imajinasi, soal gagasan. Seperti teman-teman kemukakan... di setiap karya atau pengarang ada yang bisa kita pelajari. Sekali lagi, pelajari.
 
Saya suka sekali penulis fantasi luar negeri. L.J. Smith, JK. Rowling, Stephanie Meyer, dan C.S Lewis. Mereka benar-benar penulis yang luar biasa. :) Akhir cerita mereka menurut saya sangat mengejutkan.
 
Va Ayana Lubis... ya, itulah dia. Seperti Nimas Aksan mengagumi kehebatan Nimas Aksan membuat karakter yang kuat dan belajar membuat karakter yang kuat, belajarlah sesuatu dari yang Va sukai itu untuk didalami dan diterapkan dalam menulis. Bukan meniru, tapi belajar menerapkan....
 
Yang mengecewakan ketika membeli novel luar terjemahan indonesianya kadang gak nyambung. Selalu membingungkan.
 
Zahra Putri Azhar... kok bisa? Terbitan penerbit mana? Penerbit terkemuka, atau kalau dia menerjemahkan karya terkemuka, biasanya hati-hati. Satu hal, kalau kita hanya mau membaca karya satu atau dua penulis, kayaknya kita belum pecinta bacaan. Kadang saya juga sulit memahami sebuah karya... tapi ketika saya berusaha tabah, akhirnya saya menemukan kelebihan karya tersebut.

Mizan Fantasi Om. Sebenarnya ceritanya asyik. Tapi karena terjemahannya gak enak jadi malas untuk menyelesaikan membacanya. Dari situ aku jadi ambil kesimpulan, jadi penerjemah itu gak gampang dan tanggung jawab besar. Bisa menyesatkan pembaca kalau salah nerjemahkan.
 
Tanya: bagaimana menurut Opung dengan penulis dari timur tengah?

@Tri Winarno: Lho, Naguib Mahfud itu kan pemenang Nobel juga. Nawaai el sadawi juga penulis yang saya sukai...
 
aku sendiri suka Khaled Hosseini karena dia bisa membuat kita hanyut dalam ceritanya, kayak berjalan di jalan yang sama yang ia tulis. merasakan. ikut menangis. karena aku bukan tipe orang yang gampang mewek-mewek karena buku.
Susanna Tamaro! penulis asal italia yang aku suka banget. dan jujur, karena kesukaanku itu jadi agak mrepet-mrepet mirip gaya bahasanya dia gara menulisku. yang kayak gitu itu bagus nggak ya opung Nestor Rico Tambunan?

Enya Rima R... intinya membaca sebanyak mungkin. Bagaimana kita bisa bilang kita penggemar sastra, kalau hanya menyukai (tahu) satu dua orang? Pada awalnya tidak ada penulis yang tidak terpengaruh orang pada awalnya. Menulis cerpen itu awalnya kan kita meniru cerpen orang. Tapi pada akhirnya semua penulis mestinya punya gaya sendiri. Lusriana Rahayu & Donatus A. Nugroho benar. O Henry itu dianggap raja cerpen kelas dunia...

Agatha Christie cerdas, John Grisham yang membuat saya sadar pentingnya riset untuk sebuah tulisan yang ringan sekalipun, Tetusko Kuronayagi yang sudah mengenalkan Totto Chan, Sidney Sheldon yang sudah memberikan fantasi-fantasi *dont try this at home*, karl May yang sudah membuat saya jatuh cinta pada Winetou, Grimms Bersaudara, Laura Ingals untuk masa kanak-kanak yang penuh khayalan, Torey Hayden yang sukses bikin meringis-ringis ngeri, Barbara Cartland untuk love story sepanjang masa *bikin berkhayal punya pacar bangsawan*, yang ngarang Gone With The Wind sama Scarlett *lupa* bukan yang congkak bukan yang sombong dulu bacaan saya banyak penulis luarnya *dicekokinnya itu sih* maka dari itu saya dengan kerendahan hati yang dalam tidak kenal Donatus A. Nugroho *disate* tapi saya tahu Nestor Rico Tambunan dari majalah Kartini langganan ibu saya, xixixi... *kabur ah*

Ina Inong... saya kira, mestinya begitulah. membaca sebanyak mungkin karya dari sebanyak penulis untuk memperkaya wawasan dan batin. Kalau untuk memahami cerpen saja kita susah, karena lain genre dan kesukaan kita, seperti dikatakan Lusriana Rahayu, ya mungkin karena apresiasi kita masih kurang. Jujur, seperti saya sebut di atas, kadang saya juga tidak langsung bisa memahami. Tapi saya berusaha dengan kerendahan hati...
 
oh ya, ada yang tau buku trilogy Bartimaeus?

setuju mas Donat.he iya, Opung. ceritanya tuh bikin mangap. TANYA: kalau mau keluar dari zona ngepop, mau "eksperimen" sama tulisan.. kadang (bukan kadang, keseringan lebih tepatnya) malah pembaca gak paham isi ceritanya. apa itu karena tergantung kemampuan dan seberapa sering dia menulis ya?

Teman-teman semua, saya mohon maaf, saya harus meninggalkan kelas ini karena ada janji ketemu orang. Silakan teruskan diskusi. Kalau ada pertanyaan yang belum dan saya bisa jawab, saya akan usahakan menjawab nanti. Inti dari materi ini, sebagai penulis, mestinya kita mencintai karya sastra, mencintai buku. Belajar dari sebanyak mungkin karya, dari sebanyak mungkin penulis. Dari sana kita banyak belajar tentang berbagai unsur dalam penulisan. Bahkan diluar penulisan, misalnya mengetahui kondisi sosial, budaya, politik masyarakat tertentu di negara (wilayah) tertentu. Atau seperti Dasmawati Maxwell Kuhnel, yang ingin punya shelter karena membaca novel John Grisham (Das, rumahku sudah jadi shelter dan sekolah anak pemulung sejak tahun 1993). Saya kira, itu bisa kita lakukan karena kita memiliki antusiasme (rasa suka, rasa cinta) pada dunia tulis menulis (sastra). Bagaimana determinasi (keteguhan hati) kita, seperti ditanyakan Hasudungan Rudy Yanto Sitohang tadi, tergantung seberapa besar antusiasme itu. Hanya kita masing-masing lah yang tahu dan menentukan seberapa kuat determinasi kita masing-masing. Cintailah buku. Cintailah bacaan. Karena ia akan memberi banyak. Menulislah dengan kecintaan. Dengan KERENDAHAN HATI! Salam sastra!
  
Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO