PUISI: Sastra Yang Meruang
Ada empat unsur yang mendukung terciptanya Puisi, yaitu keterampilan
berbahasa, pengalaman empirik, penyair, dan apresiator (pembaca).
Semuanya merupakan kesatuan yang tidak bisa terpisahkan (memang). Dari
keempat unsur ini kita akan mendapatkan jawaban dari teka-teki naskah
puisi melalui bangunan atmosfir Puisi dengan merajut benang ide gagasan,
baik tersurat maupun tersirat pada naskah puisi. Bangunan ini pun akan
membentuk terjadinya nilai komunikasi ekstatik dan emosional dengan
pembacannya.
Dengan demikian jelas bahwa Puisi bukanlah sastra semata atau
visualisasi sastra. Puisi adalah suatu peristiwa atau proses pemanusian
ide-ide, biasa disebut juga proses meruangnya karya sastra. Apabila
Puisi itu hanya sebuah upacara (ceremony) yang sipatnya kelanggengan
maka Puisi itu mati secara nilai, jika Puisi mati secara nilai tinggal
kita menunggu kehancurannya.
Hakekatnya Puisi itu adalah bentuk seni yang mandiri. Bukan sekedar
kolase, upara ceremony kelanggengan semata, karena dalam proses Puisi
terdapat komunikasi timbal balik, baik secara proses pencarian atau
akhir dari sebuah proses, (naskah puisi, estetik artistik, wancana, dan
tentu saja konsep).
Puisi itu harus hadir, menjelma sebagai karya yang bersuspensi.
Bukankah Puisi itu karya individu? Perpaduan dari ide gagasan yang
diramu sedemikian rupa sehingga menjadi (naskah puisi) lalu di
komunikasikan dengan apresiatornya maka akan menjelma suatu aura dari
kekuatan dari rajutan kata kata yang di buat oleh penyairnya dengan
bersandar pada ide gagasan tadi? Kalau kita mensepakati itu “laku” dan
“kata” yang meruang adalah kemutlakan yang tidak bisa ditawar lagi alias
harga mati.
Dalam komunikasi seni tentu ada tiga elemen yang tidak terpisahkan
yaitu, karya seni, penerima seni dan tempat atau lingkungan dimana seni
itu dikomunikasikan. Karya seni bisa dianggap bisa berkomunikasi secara
utuh dengan penikmat seni apabila si penikmat ada keterkaitan secara
budaya lebih jauhnya mengenal kepada nilai yamg ada dalam karya
tersebut. Nilai inilah yang mengikat antara karya seni dan apresiatornya
Artinya komunikasi akan bermasalah apabila tawaran karya seni secara
estetik dan artistik lebih jauhnya nilai yang disodorkan (termasuk nilai
seni) bukan bagian dari penikmatnya. Syarat mutlak karya seni yang
bersuspensi kalau terjadi trilogi komuniasi yaitu karya seni, penerima
seni dan dimana seni itu di komunikasikan tadi, relasi ini pengaruhnya
akan berdampak terhadapa apa yanga namanya peristiwa seni secara utuh.
Kiranya disinilah pengkajian ide-ide dasar seniman (penyair) harus di
kaji dan di sesuaikan dengan seksama, sehingga bisa menempatkan pada
pokok pilihan bentuk yang di sodorkan. Seni dan tidak seni akhirnya di
tentukan oleh wacana yang mungkin terjadi. Terakhir sebuah proses
berkesenian, membuat karya seni, mengapresiasi karya seni, merupakan
pendewasaan dan pengalaman bagi si penyair.
Hakekat Puisi
Puisi memang menyangkut nilai, dan yang di sebut puisi memang nilai
bukan karyanya atau bendannya! Nilai puisi pun sipatnya subyektif,
karenannya setiap orang atau setiap individu memiliki penilaian sendiri
sendiri. Maka timbul persoalan ketika puisi atau sebuah karya seni di
sosialisasikan ke publik apakah nilai subyektif masih menjadi core dasar
atau bergeser menjadi nilai obyektif? Ketika karya seni (puisi) di
sosialisasikan ke khalayak harus ada yang namannya hubungan sebab
akibat, karya seni dan realitas di luar diri senimannya. Karena seni
tidak akan lepas dari lingkungannya walaupun realitas itu sangat
subyektif di mata senimannya. Disini letaknya soal!
Puisi dalam hal ini, mengungkapkan bentrokan atau nilai-nilai. Puisi
jenis ini tidak menjadi masalah selama sifat hakikinya tetap menjadi
kerangka kerja yang sipatnya subjektif. Sementara masyarakat di luar
sana merupakan barometer, apakah seni (puisi) kita bisa membangkitkan
cita rasa. Secara sederhana karya yang kita buat, mudah mudahan menjadi
sebuah wacana alternatif (pencarahan) bagi masyarakat.
Seni dapat disebut sebagai sebuah simbol karena seni memenuhi fungsi
tertentu, yakni seni mewujudkan, membentuk suatu perasaan menjadi wujud.
Dalam karya seni yang baik, fungsi ini harus benar-benar dijalankan.
Kenyataannya seni itu menyangkut nilai, dan yang di sebut seni memang
nilai bukan kebendaan. Ketika berbicara nilai sifatnya subyektif,
dikarenakan bersipat subyektif setiap orang setiap kelompok memiliki
estetika tersendiri tentang menilai perwujudan karya seni. Guna
memberikan gambaran lebih jelas dalam artian untuk menggarap sebuah
puisi. Proses dan latihan merupakan wahana bagi perangkat pendukung yang
ada di dalammya. Proses ini tidak hanya sekedar tranformasi kata-kata
semata, melainkan melalui proses kreatif dari bahasa verbal ke dalam
bahasa makna, guna estetika. Seperti yang di kemukaan Rollo May “Proses
kreatif” adalah peristiwa pertemuan-pergumulan dan pergulatan”. Inilah
yang dinamakan gambaran yang sebenarnya dari suatu idealisme yang
berdasar pada idiologi kekaryaan, kopetensi-kopetensi tersebut bertolak
dari pengalaman-pengalaman dalam memproduksi sebuah peristiwa Puisi yang
sesungguhnya. Maka dapat disimpulkan bahwa Puisi bukanlah sesuatu yang
mudah, yang dapat diraih dalam tempo yang singkat. Puisi itu memerlukan
waktu, ketekunan, kesabaran keterampilan, kecerdasan, wawasan. Walaupun
demikian Puisi mampu memberikan sejuta harapan dan kesempatan kepada
mereka yang sungguh-sungguh mau memahami bahwa Puisi sebagai kebutuhan
ilmu sebagai suatu pengalaman estetis yang fungsional. Seandainya ingin
memahami semua yang tertuang di atas, maka orang yang bergelut dalam
dunia Puisi haruslah cerdas dan tahan banting. “Orang ber-Puisi harus
memahami tentang kesejarahan Puisi itu sendiri sebab sejarah adalah
cerminan Pandora juga cermin untuk penyair”.
Selamat belajar!
Oleh : Tatang Pahat
Komentar :
Tanya, selamat sore Mas Pak Tatang, sekarang muncul puisi yang berlabel 'puisi narasi', bisa dijelaskan apa maksudnya? Apa elemen-elemennya dan bagaimana sejarah terjadinya? Dan secara pribadi (maaf), apakah Mas Pak Tatang mengakui adanya puisi narasi? Terima kasih pak.
pada hakekatnya puisi itu narasi, mungkin dalam hal narasi si sini lebih kepada persoalan jargon atau bentuk yang saya tau puisi narasi adalah puisi yang bercerita dala rancang bangunnya.
Apa bedanya dengan prosa liris? Tidakkah puisi narasi ini mencaplok ruang prosa? Trims Mas Pak
*nyambi petik kangkung
bantu jawab bunda Arniyati Shaleh : unsurnya kata, larik , bait, bunyi, dan makna
Rick Luck :
Apa pembeda puisi esai dengan cerpen yang dibuat 4 baris dan disusun kebawah dan apa tematik juga termasuk syarat puisi esai?
yang saya tau puisi esai itu puisi berdasarkan fakta ada kalanya pada puisi itu terdapat catatan kaki... tema itu suatu kemutlakan dalam puisi esai
jadi kalau tidak berdasar fakta bukan puisi esai dong?
mas Rick Luck betul,
Bintang Kirana :
Kak Suker Tatang Pahat.
Sejatinya, suatu tulisan bisa di sebut puisi itu yang bagaimana?
Bagaimana memberi roh pada tulisan/puisi?
Bedanya dengan liris apa?
Terima kasih.
Bintang Kirana dalam puisi ada aku liris dan aku lirik...harus di bedain kalau sudah bisa membedakan itu maka akan muncul kemagisan dalam tulisan tulisan yang di buat.....intinya tulisan beraura akibat dari sadar nya penulis dengan yang ditulir ( jarak empirik)
Kang Tatang Pahat : saya termasuk "baru" dalam mencintai puisi, maka dari itu saya ingin benar-benar "memiliki"nya secara utuh, yang ingin saya tanyakan adalah apakah ada syarat yang "wajib ada" dalam menulis puisi? terimakasih :)
Tatang Pahat :
Thera 'chibonk' Febrika syarat wajib untuk bisa menulis adalah membaca buku buku orang..... sifatnya Fardu Kipayah (Islam)
AD Rusmianto :
Thera 'chibonk' Febrika, kalo menurut saya harus ada Tema, Amanat atau pesan, rasa atau emosi, diksi, majas atau gaya bahasa. ada juga yang menukai dengan adanya rima
makasih Kang Tatang Pahat, InsyaAllah sedang di terapkan :)
Kang AD Rusmianto :makasi Kang, hm, Rima itu apa ya? bukannya itu nama tetangga saya ya? hihihi
aku lirik identitas penyair aku dalam puisi sementara aku liris nilai yang disodorkan penyair dalam puisi (begitu yang saya tau mas Donatus A. Nugroho) maaf kalau salah....
Donatus A. Nugroho :
Tunggu! Bagaimana membedakan puisi dan liris berdasarkan formatnya? Adakah ketentuan khusus untuk liris?
ngak ada ketentuan khusus mas Donatus A. Nugroho biasanya puisi puisi liris ( kata kritikus mah identik dengan puisi kamar), atau lebih mengena puisi puisi gelap heheheheheh....
Donatus A. Nugroho :
Ini pertanyaan konyol tapi jujur:
Apakah lirik lagu bisa digolongkan sebagai puisi?
kalau saya lebih ke syair mas Donatus A. Nugroho. menyikapi lirik lagu.....
om Donatus A. Nugroho, pertanyaan itu pernah dibahas di sanggar. waktu memahami musikalisasi puisi, dan lagu menurut saya lebih kepada syair, bukan puisi.
Tri Lego Indah :
Idem ama pertanyaan om Donatus A. Nugroho
Soalnya ada pengalaman temen, justru kebalikannya. Puisi dijadikan lirik lagu.
Tri Lego Indah :
Om Donatus A. Nugroho, o ternyata. Baru tau :)
Hmm ... tapi om, karena awal kenal itu lirik lagu, jadi kalau mau dibacain kayak baca puisi jadi aneh. Sing ono malah langsung nyanyi :D
*Maaf OOT, lanjut menyimak ^^
Tri Lego Indah Full, om donatus. tadi kan pertanyaannya : lirik lagu bisa digolongkan sebagai puisi?
kalo menurut pembahasan kemarin-kemarin itu, lirik lagu, dari katanya saja sudah lirik lagu. bukan puisi lagu. berarti puisi itu sudah berevolusi menjadii lirik, bukan lagi puisi. berbeda dengan musikalisasi puisi. ada unsur puisi dan musik yangsaling memberi ruh satu sama lain.
*menurut saya yang awam terhadap musik
Membaca puisi karya orang lain untuk memancing inspirasi, apakah itu termasuk plagiat om?
jawab untuk Amaherti Vatkul J, kalo cuma membaca saja sih tidak teramsuk plagiat. tapi ketika apa yang kita baca itu bukan karya kita, lantas kita pindahkan dan berganti nama dengan nama kita, mungkin seperti itu disebut plagiat, kecuali ada catatan kaki yang memberikan keterangan bahwa itu adalah punya ornag lain
dalam puisi esai itu kan katanya harus ada konflik atau masalah yang problematik dalam bersosial. dan ada ketarangan bahwasanya puisi esai akan berhasil jika temanya menyentuh persoalan masyarakat luas. dan penokohannya menyentuh pembaca. benarkah gitu?
AD Rusmianto yang saya tahu puisi esai kecerdasan penyair menangkap momentum di (observasi pada realitas kongret), persoalan sentuh menyentuh masuk dalam bab selera ituma hehehehehe......
Ada yang bilang kalau menulis puisi saat emosi itu akan menghasilkan puisi yang tak beraturan alias kacau balau #pertanyaanpemula
kang Tatang Pahat mohon sebuah pembenaransatu lagi sebelum saya ke dapur buat masak. Ada yang bilang kalau menulis puisi saat emosi itu akan menghasilkan puisi yang tak beraturan alias kacau balau #pertanyaanpemula
Puisi memiliki dunianya sendiri dengan sejumlah karakateristiknya, esai adalah dunia lain yang tak melulu subyektif. Proses kreatif berbeda dengan esai, lain lagi dengan puisi-esai.
hanya butuh pembenaran eh salah kata mas tatang pencarian.. karena saat bilang tentang puisi essai dan tentang dalam keadaan emosi dalam membuat puisi (bukan ritme ya.. kaburrrrr mau masak habis taraweh menyimak kembali) terima kasih mas Tatang Pahat penjelasannya biasa orang awam rada aneh nanyanya
Tatang Pahat :
kalau di pisah iya. puisi ya puisi. esai ya esai. persoalannya ada yang namanya PUISI ESAI, sederhanakan saja kedua disiplin itu di kawinkan maka akan jadi jargon baru.... (itulah kekuatan sastra) maka orang orang bilang postmodernlah, kontemprerlah Mbak Asni Ahmad Sueb dalam dunia seni tidak ada pembenaran yang ada pencarian....
Sama pertanyaannya dengan kang AD RUSMIANTO.
Ada yang bilang juga padaku tentang kaitan emosi dalam menulis puisi namun ketika puisi ditulis, hasilnya akan kacau. Bahkan, ditambahkan lagi, puisi yang tercipta dalam nada emosi adalah salinan kata jiwa yang masih mentah. Benarkah demikian, Suker?
bunda Asni Ahmad Sueb, katanya kalo emosi sedang bergejolak itu. sama dengan pertanyaan chaerul akbar.
kalo menurut pengalaman saya seh, tidak selamanya kita kita ke suatu tempat, terus harus jadi puisi. atau ketika mengalami sesuatu harus langsung jadi puisi. ada proses pengendapan dan eksplorasi. kejelian penulis dituntut disini, bagaimana mengolah emosi yang bergejolak itu menajdi enak dan mengalir menjadi puisi. bisa jadi ketika saya ke cikole, tapi tak jadi satu pun karya, tapi setelah pulang dari cikole, apa yang terjadi, dirasa, dilihat di cikole, bisa saya tuangkan di tulisan.
bung Chaerul Akbar Al-Haq menulis uisi itu tidak perlu tergesa gesa......jangan di pakasakan. dan orang pasti akan dihadapkan pada suatu perasaan yang mentok.... biarkanlah catatan itu menjadi file, suatu ketika catatan itu akan bermanpaat bisa satu hari satu bulan satu tahun bahkan bertahun tahun....( proses menulis itu berat)
AD Rusmianto :
Chaerul Akbar Al-Haq :
Ki Sentanu :
Vara Esr :
bunda Asni Ahmad Sueb, lihat buku awi. kalo tidak salah ada yang judulnya Dialog Hujan, mungkin seperti itulah puisi esai. (pe-de aja lagi) soalnya filenya nggak ada di CPU billing, kebawa sama kawan yang dari bengkulu kemarin pulang itu
Chaerul Akbar Al-Haq :
APA SIH ARTI PUISI DALAM KEHIDUPAN SAUDARA SEKALIAN? SEBERAPA PENTING PUISI BERPERAN DALAM TATA BAHASA JIWA SAUDARA SEKALIAN?
*maaf, jika pertanyaanku kurang sopan namun sudilah kiranya teman teman yang ada di sini berkenan menjawab. Aku punya alasan atas pertanyaanku.
Ki Sentanu :
Puisi adalah kekasih tersembunyi. Menemani di saat hati sepi dan sadar diri.
Puisi adalah senjata kita dalam pergulatan di arena bahasa. Itu. *mario teguh mode on
Vara Esr :
Saya baca dan nyimak semuanya, agak pusing, tapi menarik.
Chaerul Akbar Al-Haq. Buat saya, menulis (mungkin) puisi itu menuliskan perasaan, dan pemikiran yang saya alami atau saya lihat dan dengar di sekitar. Pentingnya dalam kehidupan? masih sebatas menyalurkan pemikiran dan perasaan. Masih puisi kamar.
AD Rusmianto :
Nasta'in Achmad, kalo dari segi indah itu kembali kepada pembaca. tapikalo metafora, mungkin termasuk salah satu unsur intrinsik yang membangun puisi
Nasta'in Achmad "ya" dan sipatnya tidak multak, kata si A puisi ini bagus belum tentu kata si B puisi ini bagus....
Mantap.
Jika dalam puisi terbentuk seperti lirik kata pembacanya, apa itu termasuk puisi?
Kang Tatang Pahat apakah pada akhirnya, puisi esai ini karena berdasarkan kejadian yang ada historikal aslinya, sehingga penulisnya cenderung lebih kepada kritik sosial yang telah disimaknya?
hatur nuhun. ^^
ngak juga bisa juga tentang cinta, cemburu sama seperti halnya puisi puisi yang sering di baca mbak Dela BungaVenus
haaah? Kang Tatang Pahat tau darimana saya suka baca puisi cinta? ^^ tepatnya mencurahkan isi hati dalam puisi meureun...hmmm....
Ingin tau justru dimana saja kta bisa menambah wacana mengenai puisi jenis ini ya Kang?Apakah ada contohnya yang Kang Pahat buat Puisi Liris atau Narasi yang dimaskudkan dalam materi di atas?
Dela BungaVenus ada nanti saya kirim sekarang lagi ujian dulu banyak pertanyaan hehehehe....
mbak Dela BungaVenus, contoh puisi liris harus beli buku tunggal saya. hahahahahaha
nah bener Mbak Dela BungaVenus buku punya Mas AD Rusmianto puisi liris hampir 80 % (nyegruk) hahahahahahaah
Donatus A. Nugroho :
SERIUS:
AD Rusmianto, tolong kirimi aku satu contoh puisi lirismu (yang pendek saja) ke inbox. Right now!
hhahahahahaa. om don harus beli bukunya
om Donatus A. Nugroho.. bunda asni ada 2 bukunya AD Rusmianto. bateran aja yok sama buku om hehehhe kaburrrrr #masak om
Boleh, Bunda Asni Ahmad Sueb. Anytime.
Langgam Sunyi
Bunda
menjaring doa
pada lantun ayat senja
membuka mata
ini lagu syahdu
tercipta dari khawatir dan rindu
apakah di atas itu termasuk puisi liris? maaf, ngubek-ngubek dulu paririmbon
Tatang Pahat :
AD Rusmianto ya!
Qodam Umm :
@Mas Tatang di atas menulis " saya lebih ke syair, meyikapi lagu.." apa artinya lirik lagu bisa juga masuk puisi, karena saya tangkap kesan selera pada tanggapan Mas Tatang.
ada ruang yang tidak dippunyai lagu dalam puisi yaitu multi interpretasi itu saja batasannya,
Multi interpetasi dalam puisi? Apa ya?
AD Rusmianto :
Nasta'in Achmad, lihat disini saja. soalnya soft copynya nggak ad apunya saya http://puisi-esai.com/
Begini, dulu saya rajin sekali nulis puisi bahkan tiap status fb isinya penuh dengan puisi. Jadi mudah nulis. Namun ketika saya berhenti dalam waktu yang lama, ketika memulainya saya sulit. Saya gak bisa nulis puisi lagi. Seolah-olah begitu. Cara menghidupkannya lagi bagaimana?
AD Rusmianto :
Zahara Putri, membaca
Ki Sentanu :
Kang Tatang: Ruang-ruang puisi tersebut di atas, apakah mutlak perlu dipelajari bagi seorang pemula seperti saya. Dalam hal ingin menulis sebuah puisi?
Tatang Pahat :
l minimal pahami supaya ketika menulis ngak kabur. dan yang paling ajib membaca karya orang lain.... mas Ki Sentanu
Asni Ahmad Sueb :
DIALOG HUJAN
Percakapan dengan Afrilia Utami.
apa yang tersembunyi di sebalik hujan
yang jatuh dengan pelan
merintik di sekujur dingin
botol-botol pinggiran tol
melindas ronggaku
ban-ban dengan gundul yang semu
afasia
maaf saudariku
hujan kali ini berbisik pelan
semestinya cucurannya
jatuh pada pangkuan senja
tapi bukan pelangi pembaringan lukamu
pelangi itu sebenarnya ada
di setiap ujung jari senyumanmu
pelangku dialah istri Muhammad
barangkali hujan hendak menyamar
jadi dinding kaku
yang dikirim dari mulutnya yang bisu
Ini contoh puisi essai, yang dipinta AD Rusmianto.. maaf telat nyiapin buka dulu.
Sumber :
Perpustakaan Yayasan Cendol Universal NikkO + MayokO AikO
0 komen:
Posting Komentar