Selasa, 19 Juni 2012

Tanjung Enim

Tenggelamkan dalam lamunan indah dengan gema tawa
Bawa aku terlarut dalam gayuhan sepeda kencang melaju hingga ujung jalan
Gemericik air terdengar kala tapak menginjak kolam kenangan
Dan lengkingan klason bus sekolah menyapa menyambut riang menuntut ilmu

Aku rindu semua itu
Tentang masa kepolosan suci yang tlah hilang berganti topeng kotor hitam penuh noda
Membuat muak tangisan tak berguna

Semua telah hilang
Masa itu tak kembali
Dan aku terlarut tersesat tak tahu arah
Gelap dan mati rasa


Oleh :: Merza Yuwanda
Palembang, 19 Juni 2012
3:00

8 komen:

Ayip Ahsanudin Alif Alif mengatakan...

Cepatlah kau gayuh pedal itu.
Seperti memutar mesin waktu.
Apakah dirimu ingin mengembalikan masa indah kecilmu?.
Cukup rasakan bau ompol bocal kecil itu dan menggendongnya.
Bila ada tangis bocah kecil itu…itulah sebenarnya kebahagiaanmu diwaktu kecil.
Bila ada tawa ketika engkau meraihnya..itulah kesedihanmu kala engkau ingin menggapainya…

Siiiip….hehehe. Tuing!

Eza Merza mengatakan...

Masih bisa kugayuh sepeda lebih cepat dengan pedal hampir putus
Memutar arah berbalik waktu kembalikan masa
Tak sama rasanya dengan hari lalu

Masih bisa kuraih sembarang bocah
Mengecup pipi dan aroma ompol
Mendengar gelak tawa riang dan tangisan nakal
Tetap beda dari hari lalu

Cuma memori dari Tuhan kuabadikan sekarang
Dalam ingatan nostalgia masa lalu

Ayip Ahsanudin Alif Alif mengatakan...

Waduh...aku nggak bisa jawab,
Kren banget aku malah nggak bisa mengelak dengan waktu.
Lalu aku seperti terdiam dan kaku,
apalagi ompol itu menyirami rambutku hingga berubah putih.
Mungkinkah ini pertanda waktu itu tak pernah berhenti.
Sulit rasanya mengulang lewat angan yang selalu menepi dalam bayang...
apakah bisa dipaksakan...

hehehehe.

Merza Yuwanda mengatakan...

hahaha

bukan masa nya yang ku ingin
tapi keadaan
masa tak kan bisa terjamah
tapi rasa masih bisa
sulit tapi mungkin
ayo ajari lagi hal serupa hari lalu
agar mampu kukecap hari ini atau lusa

hehe

Ayip Ahsanudin Alif Alif mengatakan...

Waduh,,tambah keren nih.
Sungguh kecap mengecap aku bukan segel.
Aku hanyalah benda yang bernyawa yang selalu menuntut dalam keadaan.
Walau masa tak bisa terjamah, tetapi tangan ini rasanya pernah merasakannya,
betapa berharga nostalgia itu.
Tetapi mengapa harus ada kata sulit dan mungkin.
yang terkadang seperti langit yang sedang mengajarinya.
Padahal hujan tak pernah berucap kalau hari ini atau lusa akan turun....

hehehe

Merza Yuwanda mengatakan...

Dulu hati ini kuat seperti jati
Tapi kini telah rapuh seperti kayu lapuk
Sempat ada percaya tentang rasa lalu kan kembali hadir
Namun tenggelam hilang seiring masa yang kian menabur luka
tak pernah ada
Benih itu rusak oleh hama kecewa yang datang silih berganti
Yang tersisa hanya keyakinan bahwa aku memang telah berbeda dimensi dari hari lalu

Ayip Ahsanudin Alif Alif mengatakan...

Hanya serpihan saja yang kau lihat.
Padahal kepingan itu bisa kau ukir dengan hatimu yang lembut.
Pikir tajammu mengalahkan akal, lewat emosimu.
Andai saja tahu keoingan luka akan berarti saat dirimu bercermin.
Pasti akan selalu kuat dan merasa lebih baik jika kau balas dengan senyum indahmu.
Dan itu kekuatan hatimu yang tak pernah karam oleh sejengkal hamapun....

hehehe plung!

Merza Yuwanda mengatakan...

wahh
keren nih motivasi nya

nuraniku berontak tatkala lidah berkata mustahil
tapi otakku tak cukup cemerlang untuk peka pada teriakan nurani
aku butuh kekuatan pada alam bawah sadar
ketika ku temukan setitik cahaya terang jauh di lubuh hati
hampir tenggelam tertutup ragu

ahh
nurani memang selalu gigih bertahan
kan ku raih semua
masa memang tak pernah mundur