Senin, 18 Juni 2012

Menangis dalam Diam

Cinta datang hadirkan suka
Mendekat, merayu seakan nyata
Menyeret perlahan dalam alur indah penuh kasih
Dan berlalu tanpa rasa

Aku cuma terdiam menyadari sakit , kecewa dan amarah
Bibir yang mengatup tak mampu menyembunyikan suara gemertak gigi gemetar
Tangisan dalam diam memecah kesunyian malam
Seakan mengalirkan darah penuh nanah dari dua muara yang kian memerah
Aku menangis dalam diam

Terimakasih cinta, kau menyiksaku dengan labilmu
Bukan karena pergimu tapi caramu
Hati ini luka tak kunjung kering
Menanti penjelasan tak kunjung terjawab

Haruskah kurusak semua memori ini?
Muak dengan semua ingatan duka itu
Memaki, mengumpat diri
Aku merindu, sadarkah?

Hati ini kuat seperti kayu
Tapi akan berpotensi rapuh seperti kayu lapuk
Hingga hilang di makan waktu
Tolong temukan selagi masih bernyawa


Oleh : Merza Yuwanda
Palembang, 18 Juni 2012
16:00 pm

2 komen:

Diyuna Syam mengatakan...

Malam semakin pekat
tiada dapat kujamah halus hatimu
dalam lara yang menggelora dalam rindu yang membatu...
maka nikmati saja selagi kau bisa.

# maaf gak nyambung, he

Merza Yuwanda mengatakan...

hahaha :D
jadi malu deh kalo puisi amatiran gini dibaca :D

kumohon hentikan sandiwara itu
tiada lara jika kau mau
kembalilah bawa semua
sebelum ku mati meninggalkan asa