Banyak berita yang mengabarkan kecurangan dalam proses UN berlangsung
. Seperti yang kita ketahui , pemerintah pusat telah menetapkan sebuah
ujian yang berskala nasional , padahal belum mampu memberikan pendidikan
yang berskala nasional .
Banyaknya tuntutan dari berbagai
pihak menyebabkan banyak pula bentuk kecurangan yang terjadi . Padahal
UN itu sendiri turut mengerahkan polisi khusus untuk mengawasinya . Hal
ini tentu sangat memprihatinkan , mengapa pihak sekolah se-nekat itu
melakukan kecurangan untuk kelulusan siswa .
Secara kasat
mata , kita bisa menilai bahwa apa yang dilakukan oleh pihak sekolah
sangat tidak mencerminkan pribadi yang baik . Mereka seakan turut andil
dalam pembodohan terhadap para generasi muda bangsa . Untuk apa selama
ini pihak sekolah berupaya memberikan contoh akhlak terpuji , memotivasi
siswa untuk belajar dan percaya pada kemampuan sendiri . Namun pada
kenyataannya di saat Ujian Nasional , pihak sekolah justru menghalalkan
segala cara untuk kelulusan siswa mereka .
Di sisi lain ,
kekhawatiran akan banyak siswa yang tidak lulus bila tanpa bantuan dari
pihak sekolah atau tim sukses yang berdampak pada psikologis dan
sosiologis siswa dan keluarganya , ikut memperkuat alasan kecurangan itu
terjadi .
Karena seperti yang dijelaskan Ketua Departemen
Penelitian dan Pengembangan Pengurus Besar PGRI , Abduhzen bahwa para
guru , apalagi sekolah , merasa memiliki kewajiban meluluskan siswa .
Jika banyak siswa yang tidak lulus , itu adalah kesalahan mereka .
Rata-rata setiap kepala daerah meminta angka kelulusan 90% sampai 97% .
Jika di bawah rata-rata, maka sekolah akan menghadapi masalah besar .
Maka
dari itulah , kepala daerah menekan kepala dinas pendidikan , dan
kepala dinas pendidikan menekan pihak sekolah . Sangat sedikit dan
sangat jarang ada sekolah yang berani menghadapi resiko untuk
membangkang .
Lalu siapa yang menjadi korban dalam hal ini ?
Tentu korban yang pertama adalah siswa
. Siswa memang diuntungkan karena bisa menghindari gagal UN . Tapi
mereka dirugikan karena terpaksa terlibat secara langsung dalam tindakan
yang tidak sportif dan tidak jujur . Jiwa dan mental siswa akan
terbentuk tidak sempurna . Kepastian akan ada bantuan jawaban yang
mereka dapat membuat mereka tidak optimal dalam belajar . Karena
memungkinkan sebagian dari mereka yang berpikir untuk apa belajar jika
nanti jawaban akan datang menemui mereka .
Korban kedua adalah orangtua siswa
. Mereka percaya terhadap pihak sekolah yang akan mencerdaskan otak dan
pribadi anak mereka , namun dalam kenyataannya hal itu hanya
berlangsung sesaat . Karena ternodai oleh praktik kecurangan yang
tertanam dalam jiwa anak mereka .
Korban ketiga adalah terbengkalainya cita-cita NKRI untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
. Kepada siapa harus dibebankan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan
bangsa ini tatkala para penyelenggara pendidikan semakin terlarut dalam
mindset pendidikan sebagai kontestasi politik ? Kalau hal ini terus
berlarut , maka nasib bangsa inipun akan semakin suram . Karena siswa
sekarang adalah calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang . Bila
jiwa mereka sudah dibentuk dari ketidakjujuran , bagaimana akan terlahir
pemimpin yang jujur ?
#TugasProkep2011
#OpiniMY
sumber bacaan ::
- Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta : Power Books (Ihdina)
- Kusnandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta : PT. Raja Grafindo
- http://suherlicentre.blogspot.com/2010/02/kompetensi-profesional-pendidik.html
- http://exiaprasetya.wordpress.com/2010/05/12/empat-kompetensi-dasar-guru/
- Selasa, 19 April 2011. Berita. Guru Bagikan Jawaban Soal. Sumatera Ekspress
0 komen:
Posting Komentar