Minggu, 20 Mei 2012

Fenomena Ujian Nasional, Cerminan Nasib Bangsa

Banyak berita yang mengabarkan kecurangan dalam proses UN berlangsung . Seperti yang kita ketahui , pemerintah pusat telah menetapkan sebuah ujian yang berskala nasional , padahal belum mampu memberikan pendidikan yang berskala nasional .

Banyaknya tuntutan dari berbagai pihak menyebabkan banyak pula bentuk kecurangan yang terjadi . Padahal UN itu sendiri turut mengerahkan polisi khusus untuk mengawasinya . Hal ini tentu sangat memprihatinkan , mengapa pihak sekolah se-nekat itu melakukan kecurangan untuk kelulusan siswa .

Secara kasat mata , kita bisa menilai bahwa apa yang dilakukan oleh pihak sekolah sangat tidak mencerminkan pribadi yang baik . Mereka seakan turut andil dalam pembodohan terhadap para generasi muda bangsa . Untuk apa selama ini pihak sekolah berupaya memberikan contoh akhlak terpuji , memotivasi siswa untuk belajar dan percaya pada kemampuan sendiri . Namun pada kenyataannya di saat Ujian Nasional , pihak sekolah justru menghalalkan segala cara untuk kelulusan siswa mereka .

Di sisi lain , kekhawatiran akan banyak siswa yang tidak lulus bila tanpa bantuan dari pihak sekolah atau tim sukses yang berdampak pada psikologis dan sosiologis siswa dan keluarganya , ikut memperkuat alasan kecurangan itu terjadi .

Karena seperti yang dijelaskan Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Besar PGRI , Abduhzen bahwa para guru , apalagi sekolah , merasa memiliki kewajiban meluluskan siswa . Jika banyak siswa yang tidak lulus , itu adalah kesalahan mereka . Rata-rata setiap kepala daerah meminta angka kelulusan 90% sampai 97% . Jika di bawah rata-rata, maka sekolah akan menghadapi masalah besar .

Maka dari itulah , kepala daerah menekan kepala dinas pendidikan , dan kepala dinas pendidikan menekan pihak sekolah . Sangat sedikit dan sangat jarang ada sekolah yang berani menghadapi resiko untuk membangkang .

Lalu siapa yang menjadi korban dalam hal ini ?

Tentu korban yang pertama adalah siswa . Siswa memang diuntungkan karena bisa menghindari gagal UN . Tapi mereka dirugikan karena terpaksa terlibat secara langsung dalam tindakan yang tidak sportif dan tidak jujur . Jiwa dan mental siswa akan terbentuk tidak sempurna . Kepastian akan ada bantuan jawaban yang mereka dapat membuat mereka tidak optimal dalam belajar . Karena memungkinkan sebagian dari mereka yang berpikir untuk apa belajar jika nanti jawaban akan datang menemui mereka .

Korban kedua adalah orangtua siswa . Mereka percaya terhadap pihak sekolah yang akan mencerdaskan otak dan pribadi anak mereka , namun dalam kenyataannya hal itu hanya berlangsung sesaat . Karena ternodai oleh praktik kecurangan yang tertanam dalam jiwa anak mereka .

Korban ketiga adalah terbengkalainya cita-cita NKRI untuk mencerdaskan kehidupan bangsa . Kepada siapa harus dibebankan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa ini tatkala para penyelenggara pendidikan semakin terlarut dalam mindset pendidikan sebagai kontestasi politik ? Kalau hal ini terus berlarut , maka nasib bangsa inipun akan semakin suram . Karena siswa sekarang adalah calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang . Bila jiwa mereka sudah dibentuk dari ketidakjujuran , bagaimana akan terlahir pemimpin yang jujur ?



#TugasProkep2011 
#OpiniMY


sumber bacaan ::

  1. Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta : Power Books (Ihdina)
  2. Kusnandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta : PT. Raja Grafindo
  3. http://suherlicentre.blogspot.com/2010/02/kompetensi-profesional-pendidik.html
  4. http://exiaprasetya.wordpress.com/2010/05/12/empat-kompetensi-dasar-guru/
  5. Selasa, 19 April 2011. Berita. Guru Bagikan Jawaban Soal. Sumatera Ekspress

0 komen: